Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) menyampaikan dampak resesi yang dialami Singapura hingga saat ini tidak berdampak signifikan memperlambat rute penerbangan komersial yang dilayani maskapai.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan penerbangan komersial menjadi refleksi dari pertumbuhan ekonomi negara tujuan penerbangan. Jika resesi terjadi di suatu negara akan berdampak kepada kinerja penurunan industri penerbangannya.
Namun, menurut maskapai pelat merah tersebut, sampai saat ini otoritas negeri Singapura juga masih menerapkan karantina dan melarang Warga negara asing untuk masuk ke wilayahnya. Adapun, penerbangan transit melalui Bandara Changi, Singapura juga tidak diperkenankan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
"Saat ini kami masih belum terbang secara penuh ke Singapura. Jadi tidak akan berubah banyak dampaknya. Kami juga hanya melayani satu penerbangan pergi-pulang [PP] per harinya," jelasnya, Kamis (16/7/2020).
Berdasarkan jadwal dari jejaring sosialnya, maskapai dengan kategori layanan penuh (full service) itu meniadakan penerbangan pada Rabu dan Jumat ke Singapura.
Pada periode normal, emite berkode saham GIAA dapat melayani 10 penerbangan PP per pekannya. Singapura, pada akhirnya harus mengalami resesi. Sejumlah pengamat menilai, hal tersebut dapat berdampak negatif ke Indonesia.
Baca Juga
Seperti diketahui, Singapura merupakan mitra strategis Indonesia terutama di sektor perdagangan maupun investasi. Posisinya sebagai hub ekonomi di Asia Tenggara, sangat mempengaruhi perekonomian negara di kawasan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Selasa (14/7/2020), Departemen Perdagangan dan Industri Singapura melaporkan produksi domestik bruto (PDB) terkontraksi 41,2 persen pada kuartal II/2020 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Definisi resesi mengacu pada kontraksi pertumbuhan produk domestik bruto suatu negara dalam dua kuartal berturut turut. Dengan ini, Singapura secara teknis masuk ke dalam resesi setelah mencatatkan kontraksi 3,3 persen pada kuartal I/2020.