Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah penduduk miskin di Indonesia per Maret 2020 kembali tercatat meningkat sejak tiga tahun terakhir mengalami tren penurunan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada Maret 2020 melonjak menjadi 26,42 juta orang, atau naik 9,78 persen dibandingkan dengan September 2019 yang tercatat sebesar 24,79 juta orang.
Adapun, sebelum kenaikan pada Maret 2020 ini, kenaikan penduduk miskin terakhir terjadi pada Maret 2017, dengan jumlah kenaikan mencapai 27,77 juta orang atau meningkat 10,64 persen dibandingkan dengan September 2016.
Setelah periode Maret 2017 tersebut, jumlah penduduk miskin berhasil dikurangi dan terus mengalami tren penurunan hingga September 2019, namun kembali melonjak pada Maret 2020 ini.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan pandemi Covid-19 menjadi penyebab angka kemiskinan di Indonesia meningkat. Wabah Covid-19 memicu penurunan pendapatan pada seluruh kalangan masyarakat, terutama masyarakat kelas bawah.
Berdasarkan survei yang dilakukan BPS, 7 dari 10 responden masyarakat kelas bawah mengalami penurunan pendapatan. Sementara pada masyarakat berpendapatan tinggi, hanya 3 dari 10 responden yang mengalami penurunan pendapatan.
Baca Juga
"Karena ada Covid-19, penduduk miskin naik, presentase [kemiskinan] naik, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan juga meningkat," katanya, Rabu (15/7/2020).
Suhariyanto mengatakan masyarakat hampir miskin yang bekerja di sektor informal merupakan yang paling terdampak. Kelompok masyarakat ini dinilai paling rentan jatuh miskin karena menurunnya pendapatan.
Menurutnya, lonjakan angka kemiskinan juga terjadi karena bantuan sosial belum banyak diberikan pada Maret 2020. Program perlindungan sosial baru digulirkan pemerintah pada April 2020, sementara aktivitas kelompok masyarakat tersebut mulai terganggu sejak pertengahan Maret 2020 sejalan dengan diterapkannya pembatasan sosial.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa menyatakan akibat adanya pandemi Covid-19, pengentasan kemiskinan pun akan terhambat.
Tingkat kemiskinan yang ditargetkan menurun menjadi 7 persen pada 2024 dinilai akan terhambat. Akibatnya, pemerintah harus kembali melakukan penyesuaian-penyesuaian target.
"Tahun 2020 ini dengan adanya Covid-19, tingkat kemiskinan yang turun jadi 9,22 persen tapi harus terkoreksi, [karena] pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi," katanya.
Suharso mengatakan kondisi ini tidak hanya dialami oleh Indonesia. Seluruh dunia yang terdampak Covid-19 juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang terkoreksi.
Oleh karena itu, pemerintah akan fokus pada percepatan pemulihan ekonomi pada 2021. Pada saat yang sama, pemerintah juga akan melakukan reformasi sosial, yaitu pada sektor kesehatan, perlindungan sosial, dan ketahanan bencana.