Bisnis.com, JAKARTA -- Indonesia dinilai dapat memanfaatkan potensi pasar dari Pemerintah Jepang yang gencar menggunakan energi terbarukan, salah satunya lewat Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM) dengan berbahan bakar cangkang kelapa sawit.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan bahwa perkembangan naiknya permintaan cangkang kelapa sawit (palm kernel shells/PKS) di Jepang juga merupakan kabar baik bagi Tanah Air di tengah wabah Covid-19 dan juga sentimen negatif yang terjadi di banyak negara khususnya barat terhadap produk sawit dan turunannya.
“[Kebutuhan akan PKS] Ini akan membantu meningkatkan serapan sawit yang selama ini oversupply dan di tengah penurunan permintaan akibat wabah Covid-19,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (14/7/2020).
Faisal juga berharap ke depan bahwa tidak hanya menjadi pengeksport PKS, tetapi Indonesia dapat melakukan langkah lebih lanjut dengan Jepang, salah satunya untuk pengembangan teknologi serupa agar bisa diterapkan di Indonesia.
“Akan lebih baik jika ke depan teknologi jepang ini bisa dikembangkan di iIdonesia untuk EBT [energi baru dan terbarukan], karena pasti nanti serapannya akan jauh lebih besar mengingat market domestik kita yang memang besar,” ujarnya.
Namun, Faisal bahwa peluang peningkatan permintaan PKS sebagai bahan baku biomassa di Jepang ini memang harus dimaksimalkan potensinya, karena dia melihat tren ekspor secara umum masih sukar untuk pulih.
Baca Juga
“Kalau tren ekspor secara umum di 2020 masih akan cenderung kontraksi karena kondisi wabah yang menekan permintaan di banyak negara tujuan ekspor, kecuali mungkin tiongkok [China],” ujarnya.
Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi mengatakan bahwa dengan adanya komitmen dari Jepang untuk membeli limbah PKS akan baik untuk memperbaiki neraca dagang Tanah Air.
“Kalau kita liat di masa pandemi Covid-19 ini, kesulitan kita adalah untuk mencari mitra dagang yang memiliki permintaan yang tinggi. Dari sisi ini jepang dengan permintaannya akan limbah PKS ini, saya melihat positif kita ke depan dan kesempatan untuk rebound di kuartal III dan IV masih cukup terbuka melalui peningkatan ekspor,” terangnya.
Fithra pun mengatakan bahwa ada dua potensi yang bisa diperoleh oleh Indonesia dari ekspor PKS ke Jepang, pertama dari sisi ekspor dan kedua dari kebutuhan teknologi.
“Mereka bisa mengelola limbah kita menjadi energi, disisi ini ada dua keuntungan pertama menguntungkan ekspor kita dan kita masih bisa mengharapkan knowledge skill over untuk peluang proses kerja sama agar teknologi mengelola limbah ini ke depan agar dapat kita juga kuasai. Saya harap Indonesia dapat menegosiasi dengan Jepang agar mereka bisa punya komitmen untuk memberikan ilmu akan teknologi mereka dalam memanfaatkan limbah kita,” ungkapnya.