Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Chatib Basri: Diam di Rumah Berdampak Negatif Bagi Perekonomian

Wanah Covid-19 memaksa masyarakat untuk tetap berada di rumah. Hal itu berdampak pada perekonomian.
Chatib Basri/Bisnis
Chatib Basri/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Wabah Covid-19 membuat masyarakat Indonesia harus berdiam diri di rumah. Di sisi lain, hal itu berdampak pada kondisi perekonomian.

Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyoroti masa pandemi Covid-19 yang memaksa orang untuk berdiam diri di rumah. Namun, lanjutnya, hal itu berdampak negatif bagi perekonomian secara keseluruhan.

Chatib Basri menganalogikan bahwa kegiatan perekenomonian terjadi karena adanya pertemuan antara pasar dan konsumen. Dengan adanya pandemi, tidak ada lagi pertemuan dan hal itu menggerus sektor ekonomi.

"Lama orang tahan untuk tetap stay di rumah tergantung seberapa banyak tabungan yang dimiliki. Jika punya tabungan, orang masih bisa menikmati kemewahan saat harus tinggal di rumah. Tapi buat yang tidak memiliki tabungan, dorongan untuk mencari penghasilan di luar rumah akan makin kuat," kata Chatib Basri.

Hal itu disampaikan Chatib Basri saat menjadi pembicara pada webinar Dampak Covid-19 terhadap Kondisi Perekonominan dan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia, diselenggarakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Banking School, Jumat (3/7/2020).

Dikutip dari keterangan resmi IBS, Chatib Basri menyebutkan pasar tradisional bisa cepat pulih dibandingkan mal dalam kondisi saat ini.

"Orang pilih-pilih jika akan ke mal lagi karena masih punya tabungan," ujar Chatib Basri.

Muhamad Chatib Basri tampil sebagai pembicara tunggal dalam webinar IBS yang dimoderatori Antyo Pracoyo.

Ketua IBS Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono menjelaskan tema webinar dipilih karena saat ini pandemi Covid-19 telah menimpa hampir semua negara, termasuk Indonesia.

"Dampak dari penyebaran virus Corona terjadi di berbagai bidang, baik sektor riil, dunia usaha mikro, kecil dan menengah, sektor jasa keuangan, dan sebagainya," ujar Kusumaningtuti.

Menurut Kusumaningtuti perekonomian telah dihantam pandemi dan memaksa setiap pihak melakukan penyesuaian.

"Perekonomian mayoritas membutuhkan penyesuaian di beberapa sektor misalnya transportasi, industri manufaktur, pariwisata, perbankan, termasuk perguruan tinggi," ujarnya.

IBS adalah kampus yang didirikan Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia dan dibina langsung oleh Bank Indonesia.

IBS menerapkan Blended learning, dengan memadukan pertemuan tatap muka dan pembelajaran secara online memanfaatkan teknologi digital.

IBS menyediakan program beasiswa untuk mahasiswa berprestasi, baik secara akademik dan nonakademik.

"Dalam kesempatan webinar kali ini dan di masa pandemi Covid-19, IBS bekerja sama dengan BNI memberikan beasiswa pendidikan kepada mahasiswa yang secara ekonomi kurang mampu dan berprestasi," kata Kusumaningtuti.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper