Bisnis.com, TANJUNGPINANG — Perusahaan penanaman modal asing, PT Bintan Alumina Indonesia tahap awal akan menanam modal Rp20 triliun di kawasan ekonomi khusus di Galang Batang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.
Direktur Utama PT Bintan Alumina Indonesia Santoni mengatakan bahwa investasi tahap awal itu berakhir 2020.
Nilai investasi akan ditingkatkan ketika sudah memasuki tahap operasi produksi terhadap bauksit yang dimurnikan di pabrik smelter yang saat ini dalam proses penyelesaian pembangunan di Galang Batang.
Perusahaan berskala besar itu juga masih dalam proses penyelesaian pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di kawasan ekonomi khusus.
"Pembangunan jalan, infrastruktur dan lainnya saat ini sudah menghabiskan dana sekitar Rp12 triliun," katanya, Jumat (3/7/2020).
Santoni menargetkan pembangunan pabrik smelter dan PLTU selesai pada akhir 2020. Tahun depan, perusahaan itu akan memulai tahap operasi produksi.
Baca Juga
Untuk menyelesaikan target tersebut, dia berharap agar ada dukungan dari pemerintah pusat dan daerah, terutama dari aspek birokrasi. Birokrasi perizinan yang berbelit-belit membuat energi perusahaan banyak terkuras.
Apalagi dalam proses pemberian izin ditemukan regulasi yang tumpang tindih sehingga manajemen perusahaan mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya.
"Kami tidak main-main dalam membangun Bintan. Kami tidak meminta yang aneh-aneh, kecuali birokrasi yang dipermudah oleh pemerintah pusat dan daerah. Kami ingin kepastian hukum agar kegiatan yang dibangun perusahaan berjalan lancar, tidak ada masalah," ujarnya.
Santoni mengatakan bahwa perusahaan membutuhkan tenaga ahli. Jika tenaga ahli lokal maupun daerah lainnya di Indonesia mencukupi, PT BAI tidak akan bekerja sama dengan perusahaan lainnya di China untuk menyelesaikan proyek pembangunan PLTU dan pabrik smelter.
Saat ini ada sekitar 100 orang lebih tenaga kerja asal China yang bekerja Bintan Alumina. Mereka merupakan tenaga ahli yang dikirim dari China untuk menyelesaikan pekerjaan di kawasan perusahaan.