Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Freeport Indonesia Mengajukan Penundaan Proyek Smelter Satu Tahun

Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia Riza Pratama menuturkan perusahaan telah mengajukan penundaan selama 1 tahun pembangunan smelter PTFI. Untuk diketahui, pengajuan penundaan tersebut dilakukan sejak April 2020.
Truk diparkir di tambang terbuka tambang tembaga dan emas Grasberg di dekat Timika, Papua, pada 19 September 2015./ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja
Truk diparkir di tambang terbuka tambang tembaga dan emas Grasberg di dekat Timika, Papua, pada 19 September 2015./ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA – PT Freeport Indonesia mengajukan penundaan pembangunan smelter atau fasilitas pengolahan dan permunian di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur selama 1 tahun.

Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia Riza Pratama menuturkan perusahaan telah mengajukan penundaan selama 1 tahun pembangunan smelter PTFI. Untuk diketahui, pengajuan penundaan tersebut dilakukan sejak April 2020.

"Tertunda. Kami minta selama 1 tahun kepada pemerintah," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (23/6/2020).

Kendati demikian, pihaknya masih berhitung seberapa besar dampak pada besaran nilai investasi pembangunan smelter PTFI.

Saat ini tim PTFI bersama kontraktor Engineering, procurement, construction (EPC) perlu mereview dan menghitung kembali dampak dari Covid-19 ini terhadap seluruh aspek pelaksanaan project.

"Dilihat dari segi waktu, tenaga kerja, logistik dan lain-lain yang kesemuanya akan berdampak terhadap biaya," tuturnya.

Adapun progress smelter berdasarkan evaluasi per Januari 2020 telah mencapai 4,88 persen. Angka ini sedikit lebih tinggi dari target yang dipatok perusahaan yang sebesar 4,09 persen.

Hingga saat ini, PTFI telah mengeluarkan anggaran sebesar Rp2 triliun untuk proses pembangunan smelter di Manyar Gresik.

Adapun total anggaran yang diperlukan Freeport untuk membangun smelter sampai dengan 2023 mencapai sebesar US$3 miliar.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli mengatakan untuk smelter yang saat ini sedang dalam fase konstruksi tentu saja harus diselesaikan segera agar bisa berproduksi.

"Pengaruh dari Covid-19 ini tetap ada terhadap kemajuan konstruksinya karena adanya hambatan tenaga kerja untuk kembali ke site melanjutkan pembangunannya atau dari sisi supply chain atau logistiknya," tuturnya.

Namun, diperkirakan tidak akan terlalu berpengaruh untuk penyelesaian. Dia menilai untuk program hilirisasi tak akan berpengaruh besar.

"Program penghiliran harus dikawal agar berjalan lancar karena akan meningkatkan nilai tambah untuk industri," kata Rizal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper