Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF: Ekonomi Indonesia Minus 0,3 Persen, Negara Lain Lebih Buruk

Jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya di dunia, kontraksi ekonomi Indonesia tidak seburuk Malaysia, Filipina dan Thailand.
Foto aerial Simpang Susun Semanggi di Jakarta, Jumat (14/7). Jalan layang sepanjang 1,6 kilometer yang mengelilingi Bundaran Semanggi untuk mengurangi kemacetan di kawasan tersebut bakal dilakukan uji coba pada 29 Juli hingga 16 Agustus 2017 sebelum diresmikan pada 17 Agustus 2017. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Foto aerial Simpang Susun Semanggi di Jakarta, Jumat (14/7). Jalan layang sepanjang 1,6 kilometer yang mengelilingi Bundaran Semanggi untuk mengurangi kemacetan di kawasan tersebut bakal dilakukan uji coba pada 29 Juli hingga 16 Agustus 2017 sebelum diresmikan pada 17 Agustus 2017. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi -0,3 persen pada 2020.

Hal tersebut dicantumkan dalam World Economic Outlook (WEO) Juni 2020 IMF yang dirilis pada Rabu (24/6/2020)

Namun, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami rebound hingga ke kisaran lebih dari 6,1 persen. Jika dibandingkan dengan negara-negara dengan ekonomi berkembang, kontraksi ekonomi Indonesia lebih rendah.

Argentina mengalami kontraksi hingga -9,9 persen, Brasil -9,1 persen, India -4,5 persen, Korea -2,1 persen, Malaysia -3,8 persen, Meksiko -10,5%, Thailand -7,7 persen dan Filipina -3,8 persen.

Adapun, dua poros ekonomi besar dunia China dan AS mengalami perbedaan yang signifikan. IMF memperkirakan AS akan mengalami kontraksi ekonomi hingga 8 persen. Sementara itu, China selamat dari kontraksi dengan pertumbuhan 1 persen tahun 2020.

IMF sendiri memperkirakan upaya pemulihan perekonomian dari jurang resesi terburuk sejak the Great Depression diperkirakan penuh ketidakpastian, karena minimnya solusi medis untuk menekan penyebaran virus Corona.

Direktur Departemen Riset IMF Gita Gopinath mengungkapkan kabar baik mengenai vaksin dan perawatan Covid-19 serta dukungan kebijakan tambahan dapat mengarah pada dimulainya kembali kegiatan ekonomi yang lebih cepat.

Dia menambahkan krisis perekonomian global yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menghambat prospek pemulihan untuk ekonomi yang bergantung pada ekspor dan membahayakan prospek konvergensi pendapatan antara negara berkembang dan maju.

Kendati demikian, prospek pemulihan tampak lebih tinggi di Asia. IMF memperkirakan negara berkembang dan maju di Asia akan mencetak pertumbuhan ekonomi sebesar 7,4 persen pada 2021.

China akan menjadi meraih pertumbuhan tertinggi dengan proyeksi IMF sebesar 8,2 persen tahun depan. Sementara itu, ekonomi AS hanya akan tumbuh 4,5 persen pada 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper