Bisnis.com, JAKARTA — Kontraktor asal Turki menunjukkan ketertarikan pada proyek pemindahan ibu kota negara Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Kontraktor Turki (Turkish Contractor Association) Hasan Yalcin mengungkapkan bahwa kontraktor Turki memiliki beragam pengalaman di berbagai pasar dalam waktu jangka panjang.
"Kontraktor Turki memiliki semangat entrepreneur dan mampu memproduksi produk berkualitas tinggi dengan biaya yang terjangkau," kata Yalcin, dalam Pertemuan Bilateral Virtual Indonesia-Turki pada Selasa (23/6/2020).
Dia menambahkan bahwa perusahaan konstruksi Turki bahkan memiliki pengalaman dalam proyek pemindahan ibu kota negara yaitu Astana di Kazakhstan. Turki terlibat dalam pembangunan AK Orda Presidential Palace, Elbasy Library, dan Nur-Sultan Nazarbayev International Airport.
Perusahaan-perusahaan konstruksi Turki memiliki reputasi internasional. Dari nilai dan jumlah proyek konstruksi yang dikerjakan di luar negeri, perusahaan konstruksi Turki adalah yang terbesar kedua di dunia setelah China. Sebanyak 15 perusahaan Turki masuk dalam TOP ENR 250 Global Contractor 2019.
Sejak awal 1990, perusahaan-perusahaan Turki dipercaya menggarap proyek-proyek di Rusia, negara-negara eks Uni Soviet, negara-negara Teluk, Timur Tengah, Afrika, Amerika, dan Eropa.
Sejauh ini perusahaan-perusahaan Turki telah menggarap proyek konstruksi di 126 negara senilai US$395 miliar. Namun, belum pernah ada perusahaan Turki yang berinvestasi atau mengerjakan proyek konstruksi di Indonesia.
Duta Besar Indonesia untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal mengatakan bahwa Indonesia dan Turki memiliki kedekatan dalam hubungan sejarah dan emosi. "Kami mendorong kerja sama antara Turki dan Indonesia akan banyak jadwal rapat bisnis ke depannya. Harapan saya akan ada hasil yang konkret dari upaya pertemuan bisnis ini," katanya.
Lebih lanjut, jelasnya, kunjungan bilateral dan forum bisnis secara virtual ini diharapkan juga akan mendorong peningkatan hubungan bilateral di bidang ekonomi dan perdagangan kedua negara.
Volume perdagangan bilateral Indonesia-Turki pada 2019 mencapai US$1,48 miliar dengan surplus bagi Indonesia sebesar US$804,39 juta.
Meskipun demikian, angka tersebut relatif masih rendah jika dibandingkan dengan potensi yang ada. Jumlah penduduk kedua negara jika digabungkan mencapai 357 juta dengan produk domestik bruto gabungan mencapai US$5,7 triliun.
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan P. Roeslani mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dalam beberapa tahun ke belakang. Namun, tidak dipungkiri masih ada keterbatasan dari sisi pembiayaan menggunakan anggaran pemerintah.
"Oleh karena itu, perlu dukungan pihak swasta yang diajak untuk membangun infrastruktur," katanya.
Dia menambahkan bahwa Pemerintah Indonesia juga berupaya meningkatkan iklim investasi dengan berbgaai instrumen kebijakan, salah satunya lewat omnibus law yang tengah digodok.
"Kami tahu Turki termasuk yang besar dalam konstruksi, kami sangat senang jika Turki tertarik berinvestasi di Indonesia meskipun tidak dapat dipungkiri pandemi Covid-19 telah berdanmpak secara global," jelasnya.
Melalui forum bisnis lewat video ini, katanya, diharapkan akan mampu meningkatkan kemitraan bisnis antara dua negara. "Kami menyambut Turki dan semoga dapat memberikan manfaat bagi kedua negara."