Bisnis.com, JAKARTA – Target produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi (migas) yang moderat bahkan cenderung menurun menjadi cerminan tren produksi di hulu migas yang semakin melemah.
Staf Pengajar Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto berpendapat, sepanjang belum ditemukannya lapangan migas dengan cadangan yang besar, maka realisasi lifting migas Indonesia bakal terus merosot.
Menurut dia, sebetulnya pada saat ini tren lifting migas sudah mengarah kepada penurunan dari waktu ke waktu dan penurunan itu sudah dapat dipastikan.
Untuk itu, dibutuhkan terobosan dan cara bertindak yang tidak sekadar perlakuan bisnis biasa dari stakeholder terkait untuk menggaet investor.
Langkah cepat harus segera dilakukan mengingat kompetisi dengan negara lain dalam menarik investasi makin ketat, terlebih tekanan juga datang dari semakin berkembangnya energi terbarukan.
"[Penurunan lifting migas] Hanya apakah akan turun tajam atau akan landai, itu tergantung upaya kita dan besaran investasi yang ada," katanya kepada Bisnis, Kamis (18/6/2020).
Baca Juga
Adapun, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan produksi siap jual minyak dan gas bumi sebesar 1,712 juta barel minyak ekuivalen per hari (mboepd) pada 2021.
Perinciannya adalah produksi minyak sebesar 705.000 bopd dan gas bumi sebesar 5.638 mmscfd pada 2021.
Dia mengatakan, masih terlalu dini untuk menetapkan target 2021. Pasalnya, untuk memproyeksikan kinerja sepanjang tahun ini dinilai masih sulit.
Dengan harga minyak yang rendah, pandemi Covid-19, dan dampak dari pemberlakuan masa new normal masih belum bisa diprediksi dampaknya terhadap operasio di sektor hulu migas tahun ini.
"Ini saja kan belum sepenuhnya dapat kita lihat. Bagaimana pun, target 2021 akan sangat ditentukan pada capaian tahun 2020," ungkapnya.