Bisnis.com, JAKARTA – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mencetak rugi periode tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp38,87 triliun pada kuartal I/2020.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2020 yang dikutip Senin (15/6/2020), Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengantongi pendapatan penjualan tenaga listrik Rp70,24 triliun atau naik 5,08 persen secara tahunan pada kuartal I/2020.
Selanjutnya, pendapatan dari penyambungan pelanggan mencapai Rp1,83 triliun per 31 Maret 2020 atau naik 13,87 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, PLN memiliki tambahan pendapatan usaha lain-lain senilai Rp622,61 miliar pada kuartal I/2020. Dengan demikian, total pendapatan perseroan mencapai Rp72,70 triliun atau tumbuh 5,48 persen secara year on year (yoy).
Dari sisi beban usaha, korporasi setrum milik negara itu mengeluarkan beban bahan bakar dan pelumas Rp30,72 triliun pada kuartal I/2020 atau turun 6,78 persen secara tahunan. Beban pembelian tenaga listrik naik 29,47 persen yoy menjadi Rp25,83 triliun.
Beban sewa tercatat naik 7,06 persen secara tahunan menjadi Rp1,00 triliun. Kondisi itu serupa dengan beban pemeliharaan yang naik 3,23 persen secara tahunan menjadi Rp4,35 triliun.
Adapun, beban kepegawaian turun dari Rp5,61 triliun pada kuartal I/2019 menjadi Rp5,60 triliun kuartal I/2020. Penyusutan aset tetap sebesar Rp8,80 triliun, penyusutan aset hak guna Rp698,68 miliar, dan beban lain-lain Rp1,77 triliun kuartal I/2020.
Total beban usaha PLN pada kuartal I/2020 mencapai Rp78,79 triliun. Posisi itu naik 7 persen dari Rp73,63 triliun periode yang sama tahun lalu.
Dari situ, terlihat beban usaha naik lebih tinggi dari pendapatan usaha. Perseroan membukukan rugi usaha sebelum subsidi Rp6,09 triliun pada kuartal I/2020 atau naik 29,13 persen dari Rp4,71 triliun per 31 Maret 2019.
Kendati demikian, PLN mendapatkan subsidi listrik pemerintah Rp12,89 triliun pada kuartal I/2020. Jumlah itu bertambah 11,90 dari Rp11,52 triliun periode yang sama tahun lalu.
Sayangnya, perseroan harus membukukan kerugian kurs mata uang asing bersih senilai Rp51,97 triliun pada kuartal I/2020. Laporan keuangan per 31 Maret 2020 menyebut kondisi itu akibat fluktuasi kurs mata uang rupiah terhadap mata uang asing.
Dengan demikian, PLN membukukan rugi peride tahun berjalan diatribusikan kepada entitas induk Rp38,87 triliun pada kuartal I/2020. Realisasi itu berbalik dari keuntungan Rp4,14 triliun per 31 Maret 2019.