Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menyebut proses restrukturisasi usaha yang terjadi sebagai proses perubahan secara besar-besaran.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menilai, anak usaha di seluruh sektor bisnis yang dijalani telah siap untuk bergerak secara mandiri.
Adapun, restrukturisasi tersebut ditempuh agar anak perusahaan yang ada bisa lebih kompetitif pada fokus usahanya pada setiap holding yang dibentuk.
"Kami melihat alasan kedua dengan bisnis yang besar dari hulu ke hilir sudah dewasa, dan saat nya di spin off diperkuat diberikan keleluasan untuk berkembang," katanya dalam diskusi Memacu Kinerja Pertamina di Tengah Pandemi Corona, Senin (15/6/2020).
Selain itu, pembentukan subholding tersebut sesuai dengan tujuan untuk membuat Pertamina bisa masuk ke dalam daftar 100 besar perusahaan terbesar di dunia.
Di samping itu, restrukturisasi itu guna mengejar target yang diberikan Menteri BUMN untuk membuat kapitalisasi pasar Pertamina bisa tembus US$100 miliar.
Baca Juga
"Kalau kita lihat akuisisi, IPO itu hal-hal yang harus dilakukan kalau kita ingin melakukan pertumbuhan yang cepat," jelasnya.
Sementara itu, Nicke menjelaskan proses restrukturisasi yang dilakukan di internal perseroan sebenarnya telah direncanakan sejak jauh-jauh hari.
Adapun, rencana tersebut telah diinisiasi sejak 2016 silam dengan melibatkan Kementerian BUMN dan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Dari inisiasi tersebut, telah dilahir satu subholding gas yakni dijalankan oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk. dan PT Pertamina Gas.
Dia mengungkapkan, pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor yang mempercepat melahirkan lima subholding tersebut dengan pertimbangan untuk mempercepat proses adaptasi pergeseran tren penggunakaan bahan bakar fosil menuju energi baru dan terbarukan.
"Jadi bukan tiba-tiba, pandemi Covid-19 ini mempercepat saja proses kelahirannya. Kita harus berubah lebih cepat, kalau kita melakukan suatu perubahan dalam badan yang besar [Pertamina]," ungkapnya.