Bisnis.com, JAKARTA – Proyeksi kuartalan The Fed yang menunjukkan sinyal bahwa perekonomian Negeri Paman Sam butuh waktu yang panjang untuk pulih, diprediksi berdampak ke kinerja ekspor RI, mengingat AS merupakan mitra dagang utama.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani mengemukakan, proyeksi ekonomi yang diumumkan The Fed, semakin memupuskan harapan perekonomian dan perdagangan dapat segera pulih dengan skenario kurva berbentuk V.
Menurutnya, sejumlah skenario yang diumumkan oleh organisasi dunia pun menunjukkan bahwa volume dagang global dapat menyusut 13–32 persen.
"Skenario terbaik saat ini adalah U-shape recession di mana pemulihan kinerja ekonomi dan perdagangan diharapkan terjadi pada 2021seperti proyeksi The Fed," kata Shinta saat dihubungi, Kamis (11/6/2020).
Shinta menjelaskan pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang lamban bakal berimbas pada ekspor Indonesia secara langsung.
Dia mengemukakan produk-produk yang bakal mengalami penurunan drastis mencakup produk nonesensial yang amat dipengaruhi daya beli seperti furnitur, garmen, sepatu, travel goods, komponen elektronik dan permesinan, serta karet.
Baca Juga
"Kami harap penurunan yang sama tidak terjadi terlalu dalam di ekspor produk agrikultura seperti ekspor perikanan, CPO, minyak kelapa, atau kopi dan teh sehingga secara agregat penurunan kinerja ekspor kita ke pasar Amerika Serikat tidak terlalu dalam," lanjutnya.
Eskpor Indonesia secara agregat pun berpotensi terpengaruh kondisi perekonomia Amerika Serikat dan mengalami penurunan. Kendati demikian, dia mengatakan Indonesia bisa meminimalisir dampak masif tersebut dengan melihat peluang pada tren permintaan pasar saat ini dan giat mencari mitra nontradisional.
"Pelaku usaha dan eksportir harus pintar beradaptasi dengan kebutuhan pasar. Efisiensi yang lebih tinggi pun diperlukan karena persaingan dagang meningkat karena permintaan yang berkurang," ujarnya.
Secara terpisah, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno masih melihat sedikit harapan di tengah proyeksi ekonomi Amerika Serikat. Dia meyakini permintaan di Negeri Paman Sam akan pulih. Dunia usaha pun dia harapkan dapat terus menjalin kerja sama dengan importir di negara tersebut.
"Amerika Serikat adalah mitra dagang yang besar untuk Indonesia, jadi kitat tetap perlu menjaga hubungan dengan para importir dengan memberikan harga khusus untuk produk ekspor. Ekonomi mereka pasti akan bangkit lagi," ujar Benny.
Neraca perdagangan Indonesia dan Amerika Serikat selalu mencetak surplus dalam lima tahun terakhir. Pada 2019 lalu, total nilai ekspor Indonesia ke Amerika Serikat mencapai US$17,7 miliar.
Sementara impor Indonesia dari Amerika Serikat berada di angka US$9,3 miliar. Alhasil, neraca perdagangan dengan Amerika Serikat menyentuh US$8,5 miliar.
Adapun sepanjang Januari–April 2020, neraca dagang dengan Amerika Serikat pun mencetak surplus dengan nilai US$3,58 miliar, naik dibandingkan periode yag sama pada 2019 yang berjumlah US$2,98 miliar.