Bisnis.com, JAKARTA - Stabilitas politik dan pandemi Corona di Amerika Serikat yang belum sepenuhnya mampu dikendalikan telah memukul kinerja ekspor tekstil dan furnitur Jawa Tengah.
Data Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean Tanjung Emas menunjukkan per Mei 2020 ekspor garmen hanya senilai Rp9,2 triliun. Sementara itu, ekspor benang hanya mencapai Rp2,4 triliun.
Padahal, jika dibandingkan dengan tahun 2019 (full year), capaian ekspor garmen setahun bisa mencapai Rp27,6 triliun. Artinya, jika melihat sisa bulan tahun ini, capaian serupa kemungkinan tidak bisa diulang.
Selain itu, tren kurva ekspor garmen Januari - 2 Juni 2020 Jateng juga menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Jika Januari, sebelum pandemi total ekspor Jateng hampir mendekati 10.000 ton. Pada Mei 2020 anjlok hanya tersisa di kisaran 4.000 ton - 5.000 ton.
"Jateng khususnya komoditas garmen dan tekstil terjadi penurunan ekspor. Kurang menggembirakan," kata Kepala KPPBC Tipe Madya Pebean Tanjung Emas Anton Martin kepada Bisnis, Jumat (5/6/2020).
Anton menambahkan bahwa produk tekstil Jateng sebagian besar di ekspor ke Amerika Serikat. Total ekspor garmen Jateng ke AS mencapai Rp4,7 triliun. Tahun lalu, ekspor garmen Jateng ke AS bisa mencapai Rp15,09 triliun.
Baca Juga
Selain TPT, komoditas ekspor Jateng yang juga anjlok adalah furnitur. Total realisasi ekspor furnitur sampai 2 Juni 2020 senilai Rp10,7 triliun.
Kinerja ekspor furnitur sebenarnya mampu menggeser posisi garmen yang selalu bertengger di peringkat ke pertama ekspor Jateng, meskipun secara tren mengalami penurunan kinerja.
"Kita berharap new normal ini bisa menjadi harapan supaya ekonomi berangsur membaik," ungkap Anton