Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenparekraf Pilih Mobilisasi Wisatawan Nusantara

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bakal menjadikan wisatawan nusantara sebagai fokus pemulihan industri pariwisata ketika fase kenormalan baru (new normal) berjalan.
Pengunjung terlihat di depan museum satwa di kota Batu, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. /Bisnis-Paulus Tandi Bonen
Pengunjung terlihat di depan museum satwa di kota Batu, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. /Bisnis-Paulus Tandi Bonen

Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah memprediksi penurunan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia sebagai dampak pandemi Covid-19. Untuk itu, mobilisasi wisatawan nusantara menjadi pilihan untuk menghadapi fase pemulihan nanti.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kemenparekraf Ari Juliano Gema mengatakan, pihaknya telah menyiapkan langkah dan strategi untuk mengantisipasi penurunan wisman dengan menyiapkan protokol tatanan hidup baru di sektor pariwisata yang telah disusun. Protokol itu untuk nantinya akan diterapkan saat daerah yang dinyatakan siap untuk kembali menerima wisatawan.

“Presiden Joko Widodo mengintruksikan untuk tidak tergesa-gesa. Di masa pemulihan nanti, kita akan terlebih dahulu fokus mendorong mobilisasi wisatawan Nusantara. Untuk itu semua harus dipersiapkan dulu sebelum kembali menyambut wisatawan. Tentunya dengan melihat kesiapan masing-masing daerah. Kami telah melakukan koordinasi dengan beberapa kepala daerah yang wilayahnya paling siap untuk menerima wisatawan dan memulai penerapan protokol ini,” kata Ari, Selasa (2/6/2020).

Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada April 2020 sebesar 160.000 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah wisman pada Maret 2020, jumlah wisman menurun sebesar 66,02 persen. Adapun jika dibandingkan juga dengan posisi saat ini dengan periode yang sama di tahun 2019, maka angka tersebut menurun hingga 87,44 persen atau berkurang 1,27 juta orang.

Selama April 2020, kunjungan wisman didominasi oleh warga negara asal Timor Leste dengan jumlah 83.000 atau berkontribusi 52,2 persen dari total kunjungan. Sedangkan sisanya berasal dari Malaysia sebanyak 62.000 atau 39 persen, Singapura 2.000 atau 1,3 persen, dan dari negara lainnya sebanyak 12.000 kunjungan atau 7,5 persen.

Angka tersebut, lanjut Ari, sudah diperkirakan menyusul langkah-langkah pembatasan bepergian yang diambil pemerintah Indonesia dan juga pemerintah negara penyumbang wisman potensial demi pencegahan penyebaran Covid-19.

“Untuk membuka pariwisata kembali, perlu penerapan prosedur standar di sarana publik yang bertujuan untuk lebih mendisiplinkan masyarakat terkait protokol kesehatan di sektor pariwisata. Sehingga saat dibuka kembali, wisatawan akan merasa nyaman datang ke Tanah Air,” ujarnya.

Kemenparekraf, menurutnya, sedang menyiapkan program Cleanliness, Health and Safety (CHS) yang akan diterapkan di berbagai destinasi wisata Tanah Air. Ari menjelaskan persiapan ini dikakukan guna menyiapkan destinasi yang lebih baik sesuai dengan standardisasi kebutuhan wisatawan dalam kenormalan baru nanti dan juga dalam menerapkan disiplin bagi masyarakat. 

Hal ini disebutnya sejalan dengan target Pemerintah agar kesadaran masyarakat akan kedisiplinan dan protokol kesehatan terus meningkat. 

Ke depan, Ari mengatakan Kemenparekraf akan fokus untuk menggarap segmen pariwisata berkualitas atau yang lebih menekankan pada tingkat pendapatan devisa ketimbang mendatangkan wisatawan secara massal seiring berubahnya tren pariwisata global.

Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azhari mengemukakan, wabah Covid-19 memang akan menggeser paradigma dalam industri pariwisata. Alih-alih berorientasi pada target untuk menjaring wisatawan dalam jumlah besar, ke depannya destinasi wisata harus disiapkan untuk menyajikan daya tarik yang memberikan pengalaman berkualitas.

Oleh karena itu, Azril mengatakan pengembangan destinasi wisata dengan pendekatan kawasan ekonomi khusus menjadi tidak relevan. Pemerintah pun diharapkan menimbang ulang sejumlah program pengembangan destinasi utama dan berfokus pada pembenahan kualitas.

"Pada aspek-aspek yang menentukan kualitas wisata di era baru kita sangat tertinggal, seperti kebersihan. Ini yang harus dibenahi dahulu," ujarnya saat dihubungi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper