Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menyebut kebutuhan anggaran untuk penanganan Covid - 19 serta untuk mendorong pertumbuhan dunia usaha, dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kebutuhan.
Dengan kebutuhan anggaran yang berubah-ubah, Chatib tak terkejut jika defisit fiskal yang kemarin dipasang di atas 6 persen dari produk domestik bruto (PDB) bisa saja melebar dari angka yang telah ditetapkan.
"Sekarang 6%, saya tidak akan terkejut kalau naik lagi karena kebutuhan," kata Chatib dalam Webinar Kanopi:Through Covid - 19 and Beyond, Selasa (19/5/2020).
Chatib justru menyoroti pihak-pihak yang menganggap jalan melebarkan defisit akan membahayakan pengelolaan fiskal. Dia tak menampik, sebagai mantan Menkeu dia selalu mengharapkan pengelolaan fiskal selalu prudent.
Namun dengan kondisi pandemi seperti saat ini yang diperparah dengan aktivitas ekonomi mulai melambat, menurut Chatib, pemerintah mau tak mau harus menyedikan dana untuk mendukung pengentasan masalah kesehatan, proteksi sosial, dan mendukung aktivitas dunia usaha.
Apalagi pemerintah saat ini juga tak dituntut bertindak cepat, sementara sumber data yang dimiliki terkadang saling bertentangan. Kondisi inilah yang menurutnya menyulitkan pemerintah dalam menentukan dosis kebijakan yang pas.
"Jadi tema fiskalnya adalah whatever it takes. Sejauh ini berdasarkan penjelasan, pemerintah telah sangat prepare, bahkan kalau ada perpanjangan proteksinya itu ada," jelasnya.
Seperti diketahui Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan defisit anggaran pada 2020 diproyeksikan mencapai 6,27% dari PDB, lebih lebar dari defisit pada Perpres No. 54/2020 yang mencapai 5,07% dari PDB. Dengan ini, nominal defisit anggaran meningkat dari Rp852,9 triliun menjadi Rp1.028,5 triliun.