Bisnis.com, JAKARTA – Kesempatan mengembangan investasi gas bumi terbuka dengan adanya implementasi harga gas US$6 per MMBtu untuk sektor industri tertentu dan kelistrikan.
Ketua Komite Infrastruktur Indonesia Gas Society Wiko Migantoro mengatakan implementasi harga gas untuk industri tertentu dan kelistrikan menciptakan peluang pertumbuhan supply-demand dan infrastruktur gas.
Berdasarkan survei IPSOS pada 2017, faktor yang menentukan peningkatan serapan gas bumi adalah harga yang didapat konsumen.
Menurutnya, jika benar faktor harga menjadi penentu, maka penyesuian harga gas dapat memengaruhi pertumbuhan demand gas."Ujung-ujungnya tercipta demand 384 BBTUD. Nah, kalau kembali ke sektor hulu, saat sekarang banyak lapangan yang tidak masuk harga keekonomian sekarang," katanya, dalam diskusi virtual IGS, Sabtu (16/5/2020).
Jika merujuk survei IPSOS, dengan pertumbuhan permintaan gas bumi oleh industri akan meningkatkan utilisasi pipa sebesar 8 persen. Selain itu, pengembangan infrasturktur baru memungkinkan investasi sebesar US$1,3 miliar.
"Kalau sektor kelistrikan, saya tidak berharap banyak di Sumatra dan Jawa, gas selalu kalah merit [karena batu bara]. Tapi kita punya peluang di Indonesia tengah dan Timur [dengan potensi serapan] sebesar 60 MMscfd," katanya.
Baca Juga
Wiko menambahkan adanya asumsi peningkatan permintaan gas sektor hilir, maka akan banyak efek ganda yang didapatkan dan bakal mengubah prospek industri gas ke depan.
"[Sekarang, tantangan inplementasi harga gas US$6/mmbtu memerlukan dukungan banyak stakeholder," ujarnya.