Bisnis.com, JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Tengah menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) tahunan pada sore hari ini, Jumat (15/5/2020). RUPS tersebut telah dimulai sejam pukul 14.00 WIB.
Dalam RUPS tersebut, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah mencopot sejumlah direksi emiten berkode PGAS tersebut. Salah satu kursi direksi yang dicopot adalah jabatan direktur utama yang selama ini diemban oleh Gigih Prakoso. Posisi yang ditinggalkan Gigih Prakoso diisi oleh Suko Hartono.
Suko Hartono pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Pertamina Gas periode 2017-2018.
Suko Hartono lahir di Madiun, 18 November 1968. Dia menamatkan Pendidikan S1 di Institut Teknologi Bandung pada 1993, jurusan Teknik Kimia.
Sebelum menjadi Presiden Direktur PT Pertamina Gas, Suko Hartono sempat mengemban sejumlah jabatan penting, antara lain Vice President Senior Expert Residential PGN (2016 – 2017), Kepala Divisi Pengembangan Bisnis, Produk dan Teknologi PGN (2015 – 2016), General Manager SBU Distribusi I PGN (2013 – 2015), dan Direktur Utama PT Gagas Energi Indonesia, anak perusahaan PGN, (2011 – 2013).
Memperbaiki Kinerja
Belakangan, kinerja keuangan PGN tidak begitu membahagiakan. Misalnya saja merujuk pada laba bersih PT Perusahaan Gas Negara Tbk. pada kuartal I/2020 diproyeksi berlanjut pada tahun ini sejalan dengan risiko rugi selisih kurs dan penurunan volume penyaluran gas akibat lesunya aktivitas manufaktur.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2020, emiten berkode saham PGAS itu membukukan pendapatan US$873,8 juta pada Januari-Maret 2020. Raihan itu turun tipis 0,28 persen year-on-year dari US$876,24 juta pada kuartal I/2019.
Pendapatan itu bersumber dari hasil penjualan gas sebesar US$693,4 juta, penjualan minyak dan gas US$76 juta, transmisi gas dan minyak US$70,4 juta, dan pendapatan usaha lainnya sebesar US$33,8 juta.
Di sisi profitabilitas, PGAS mengantongi penurunan laba bersih sebesar 26,26 persen yoy menjadi US$47,77 juta pada kuartal I/2020. Adapun, EBITDA perseroan pada kuartal I/2020 mencapai US$260,8 juta.
Sepanjang tahun lalu, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. membukukan pendapatan US$3,84 miliar pada 2019, terkoreksi tipis dari US$3,87 miliar pada 2018.
Berdasarkan laporan keuangan 2019, Perusahaan Gas Negara atau PGN membukukan pendapatan sebesar US$3,84 miliar, turun 0,56 persen dibandingkan 2018. Sementara itu, beban pokok tercatat naik 2,37 persen menjadi US$2,61 miliar.
Hal ini membuat laba kotor menurun 6,71 persen menjadi US$1,22 juta. Adapun, pada tahun sebelumnya perseroan membukukan laba kotor sebesar US$1,3 juta.
Sementara itu, laba bersih pada 2019 mencapai US$67,58 juta pada 2019, turun 77,84 persen dari US$304,99 juta pada 2018.
Pencatatan laba bersih menurun lebih tajam dari laba kotor lantaran adanya kenaikan pada sejumlah pos beban operasional. Beban keuangan misalnya, meningkat menjadi US$172,54 juta. Selain itu, beban umum dan administrasi meningkat menjadi US$269,78 juta.
Peningkatan beban ini juga dikontribusi oleh adanya sejumlah beban tambahan, yakni penurunan aset keuangan sebesar US$98,29 juta dan provisi atas sengketa pajak yang mencapai US$127,72 juta. Perseroan juga mengalami rugi selisih kurs yang lebih besar pada 2019. Tercatat rugi selisih kurs mencapai US$27,99 juta, naik dari posisi pada 2018 sebesar US$18,83 juta.
Perolehan pendapatan dan laba pada tahun lalu, didapatkan dari pengelolaan aset sebesar US$7,37 miliar, turun 7,12 persen. Aset tidak lancar maupun aset lancar menurun masing-masing 10,72 persen dan 5,5 persen menjadi US$2,20 juta dan US$5,16 juta.