Bisnis.com, JAKARTA – Goldman Sachs Group Inc. merevisi proyeksi pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) menjadi lebih suram dengan hampir dua kali lebih parah dari estimasi sebelumnya.
Melalui riset pada Selasa malam (12/5/2020) waktu setempat, Analis David Mericle dan Ronnie Walker memperkirakan tingkat pengangguran di AS akan mencapai puncaknya yakni 25 persen, atau naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 15 persen.
“Ini lantaran lebih banyak pekerja akan kehilangan pekerjaan mereka dan sebagian besar dari mereka akan dilasifikasikan sebagai pengangguran. Angka itu kemudian akan tetap di kisaran 10 persen pada akhir tahun, kisaran level tertinggi dari resesi sebelumnya,” papar mereka, seperti diberitakan Bloomberg, Kamis (14/5/2020).
Revisi ini dilakukan setelah laporan pekerjaan bulanan yang dirilis pekan lalu menunjukkan rekor kontraksi dalam data gaji pada April.
Laporan juga menunjukkan tingkat pengangguran sebesar 14,7 persen, tertinggi sejak periode Great Depression. Tingkat pengangguran 25 persen sendiri sejalan dengan estimasi pada puncak selama periode tersebut.
Terlepas dari ekspektasi akan pasar tenaga kerja yang lebih besar, para analis melihat secercah harapan bagi negara berekonomi terbesar di dunia ini. Beberapa indikator menunjukkan aktivitas pembukaan lagi secara perlahan dan perusahaan-perusahaan mulai kembali berbisnis.
Baca Juga
“Bagaimanapun, dibukanya kembali aktivitas perekonomian masih menghadirkan salah satu risiko terbesar, yaitu gelombang infeksi kedua yang mungkin terjadi bersamaan dengan pengetatan pembatasan baru,” lanjut para analis.
Proyeksi baru ini juga mencakup pukulan yang lebih dalam terhadap produk domestik bruto (PDB) triwulanan, dengan penurunan sebesar 39 persen pada kuartal II/2020 secara tahunan, dari perkiraan sebelumnya sebesar 34 persen.
Meski demikian, pemulihan pun terlihat lebih cepat dengan kenaikan sebesar 29 persen pada kuartal III/2020. Hal ini menunjukkan jalur pemulihan terlihat seperti kurva V, dari sebelumnya 19 persen yang cenderung lambat.