Bisnis.com, JAKARTA – Morgan Stanley mengeluarkan riset terbaru mengenai ekonomi Asia dalam menghadapi virus corona atau Covid-19. Indonesia masuk dalam kategori tertinggal dan banyak kendala dalam menangani wabah tersebut.
Riset tersebut berjudul Which Economy Emerges First on the Path to Recovery? yang ditulis oleh Deyi Tan, Zac Su, Jin Choi dan Jonathan Cheung.
Dalam riset tersebut disampaikan bahwa perekonomian China akan menjadi negara di Asia selain Jepang (AxJ) yang akan pulih ke tingkat PDB pra-Covid-19 pada kuartal I/2020.
“Sedangkan perekonomian yang berorientasi pada ekspor, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura, kemungkinan akan membutuhkan waktu lebih lama hingga kuartal/2021,” demikian tulis riset tersebut yang dirilis, Selasa (12/5/2020).
Lebih lanjut, Morgan Stanley mengidentifikasi tiga faktor penting yang bisa menentukan laju pemulihan AxJ. Pertama, keterbukaan setiap perekonomian terhadap resesi global.
Kedua, respons institusional dalam menangani situasi Covid-19 dan konsekuensi terhadap permintaan domestik. Ketiga, peluang dan kemauan untuk melakukan pelonggaran kebijakan.
Dampak dari resesi Covid-19 pada perekonomian bergantung pada sektor mana yang jadi fokus, antara lain sektor perdagangan, pariwisata, dan komoditas. Di negara AxJ, Hong Kong, Singapura, Malaysia, Taiwan, Thailand, dan Korea merupakan perekonomian yang lebih berorientasi pada ekspor.
Adapun Indonesia, India, Cina dan Filipina lebih berorientasi pada permintaan domestik.
Kemudian, seberapa baik kemampuan institusional negara dalam merespon situasi Covid-19 secara domestik sejauh ini? Morgan Stanley melihat bahwa negara dengan respons paling efektif adalah Taiwan, Hong Kong, Korea dan Cina.
Sementara itu, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina berada di kelompok menengah, sedangkan India dan Indonesia tertinggal.
Faktor berikutnya mengenai seberapa kuat perlawanan yang dimiliki negara AxJ apabila perlambatan berlanjut? AxJ masih memiliki peluang untuk mengambil kebijakan yang lebih baik, terutama di sisi fiskal.
“Karena menurut kami titik awal utang public dan defisit fiskal masih menguntungkan. Singapura, Hong Kong, Taiwan, dan Korea merupakan negara yang memiliki peluang kebijakan lebih besar, diikuti oleh Thailand, Filipina, Malaysia dan Cina. Sedangkan India dan Indonesia masih menghadapi banyak kendala terkait kebijakan.”