Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Upaya Dongkrak Ekspor Masih Temui Kendala

Kendati sejumlah negara mitra dagang mulai melonggarkan kebijakan lockdown, kinerja ekspor Indonesia secara umum diperkirakan masih sulit untuk naik secara signifikan.
Foto udara kbongkar muat kontainer di Pelabuhan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020). Bloomberg/Qilai Shenn
Foto udara kbongkar muat kontainer di Pelabuhan Yangshan Deepwater, Shanghai, China, Senin (23/3/2020). Bloomberg/Qilai Shenn

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia dinilai tak memiliki banyak pilihan untuk mendongkrak ekspor meski sejumlah negara mitra dagang telah memperlonggar karantina wilayah. Pemulihan permintaan di pasar global menjadi kendala utama lantaran tak terjadi dalam waktu dekat.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani berpendapat optimalisasi ekspor saat ini bia dilakukan dengan memanfaatkan permintaan pasar yang masih ada. Sejumlah langkah yang dilakukan disebut Shinta mencakup diversifikasi perdagangan, pemanfaatan perjanjian dagang yang telah disepakati, dan peningkatan penetrasi pasar di negara tujuan.

Kendati demikian, langkah-langkah tersebut pun tak serta merta dapat membuat capaian ekspor Indonesia menyamai kondisi sebelum pandemi Covid-19. Menurut Shinta, pemulihan kinerja ekspor tetap memerlukan waktu dan tergantung bagaimana kepercayaan pasar kembali usai pandemi.

"Meskipun ada kemungkinan peningkatan ekspor, kemungkinan besar kita tidak akan mengekspor sebanyak ekspor kita pada pra-pandemi meskipun lockdown sudah direlaksasi di beberapa negara," ujar Shinta kepada Bisnis, Selasa (12/5/2020).

Menurutnya, kendala ekspor saat ini bukan hanya terletak pada kendala teknis lantaran diberlakukannya kebijakan karantina wilayah yang mendisrupsi logistik. Masalah utama ekspor disebutnya lebih disumbang oleh kepercayaan pasar yang turun.

"Penurunan kepercayaan ini mengakibatkan permintaan terhadap komoditas mentah, semi-mentah dan komoditas manufaktur juga turun dan harga komoditas ikut turun drastis, terutama produk non-primer," lanjutnya.

Di sisi lain, Shinta menyatakan ada pula faktor penurunan produktivitas nasional pada sektor-sektor yang berorientasi ekspor karena terimbas kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Perusahaan pun disebutnya tengah melakukan penurunan kinerja secara sengaja karena melihat kondisi pasar.

Peneliti Senior Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah pun berpendapat pemulihan aktivitas ekspor di negara tujuan ekspor seperti China dan Vietnam tak serta-merta dapat memacu kinerja perdagangan Indonesia. Pasalnya, kegiatan ekonomi di negara tersebut belumlah beroperasi secara normal.

"Permintaan terhadap produk-produk China dan Vietnam juga masih sangat terbatas karena perekonomian global masih tertahan oleh wabah Covid-19. Jadi dapat dipastikan permintaan barang dari China ke Indonesia belum akan kembali normal, masih akan sangat rendah," ujar Piter

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper