Bisnis.com, JAKARTA - PT Pupuk Indonesia (Persero) mampu menggenjot penetrasi pasar ke sektor komersial atau nonsubsidi sepanjang 2019 dengan realisasi penjualan hingga 111,61 persen dari rencana awal.
Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat mengatakan penetrasi pasar dilakukan khususnya ke perkebunan dan ekspor. Sepanjang 2019, tercatat penjualan pupuk ke sektor komersil sebesar 3,87 juta ton untuk semua jenis pupuk, angka ini setara 111,61 persen dari target RKAP.
Termasuk juga penjualan ekspor sebesar 2.053.035 ton di tahun 2019, atau 138,81 persen dari target. Pencapaian penjualan urea di sektor komersil lebih tinggi dari rencana.
"Hal itu dikarenakan kami berhasil menjaga daya saing, memanfaatkan tingginya permintaan dan momentum harga yang kompetitif di pasar internasional," kata Aas dalam siaran pers, Jumat (8/5/2020).
Dia menegaskan ekspor hanya dilakukan bila kebutuhan dan stok dalam negeri sudah terpenuhi. Perseroan tetap memprioritaskan kebutuhan dalam negeri, dan menjalankan penugasan pemerintah untuk memproduksi dan mendistribusikan pupuk bersubsidi.
Kendati demikian, lanjut Aas, sepanjang 2019 kondisi pasar petrokimia internasional dalam kondisi yang kurang baik, ditandai dengan menurunnya harga komoditas amoniak dan urea. Harga jual amoniak internasional berada pada kisaran US$211 - US$330 per ton, turun signifikan dibandingkan dengan 2018 yang berada pada kisaran US$270 - US$375 per ton.
Baca Juga
Di sisi lain, imbuhnya, harga jual urea internasional berada pada kisaran US$234 - US$290 per ton, merosot dibandingkan tahun sebelumnya yang berada pada kisaran US$244 - US$353 per ton. Hal ini tentunya cukup berdampak kepada pendapatan dan laba Perseroan secara keseluruhan.
Sepanjang 2019, Pupuk Indonesia berhasil catatkan performa keuangan positif di atas target RKAP. Total pendapatan usaha sepanjang 2019 mencapai Rp71,31 triliun, dengan perolehan laba tahun berjalan sebesar Rp3,71 triliun atau setara 103,01 persen dari target RKAP 2019 sebesar Rp3,60 triliun. Hal itu lantaran ditopang oleh realisasi volume ekspor yang cukup tinggi.
"Di samping itu, beban keuangan perusahaan pada 2019 tercatat lebih rendah dari rencana dikarenakan perusahaan melakukan pelunasan pembayaran pinjaman jangka pendek dan jangka panjang berkat berkat adanya pembayaran piutang subsidi sebesar Rp9,7 triliun," ujarnya.
Faktor lainnya, menurut dia, adalah adanya peningkatan kinerja dari anak-anak perusahaan non pupuk yang berada di bawah koordinasi Pupuk Indonesia, antara lain PT Rekayasa Industri, PT Pupuk Indonesia Energi, PT Mega Eltra, PT Pupuk Indonesia Logistik dan PT Pupuk Indonesia Pangan.