Bisnis.com, JAKARTA - Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 2,97 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal I/2020 yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) jauh dari prediksi awal.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal memperkirakan pertumbuhan ekonomi di tahun ini akan berada pada kisaran -2 persen hingga 2 persen.
Namun, menurutnya jika capaian pada kuartal I/2020 sudah tercatat rendah, maka tidak menutup kemungkinan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi tahun ini.
"Prediksi full year antara -2 persen sampai 2 persen, tapi kalau di kuartal I/2020 sudah serendah itu, kemungkinan full year lebih mengarah ke kontraksi," katanya kepada Bisnis.com, Selasa (5/5/2020).
Faisal memproyeksikan, pada kuartal II/2020 ekonomi Indonesia akan melambat lebih dalam, di kisaran -7,5 persen hingga -1,9 persen.
Oleh karena itu, Faisal menilai pemerintah harus fokus pada penanggulangan wabah, karena semakin cepat wabah teratasi, semakin cepat pemulihan ekonomi terjadi.
Di samping itu, untuk mengantisipasi ekonomi semakin melambat, menurutnya pemerintah harus memperbanyak stimulus ekonomi untuk menjaga daya beli masyarakat dan juga membantu pelaku usaha agar dapat bertahan selama masa wabah.
Faisal menambahkan, pengadaan barang dan jasa pemerintah juga perlu diarahkan untuk membeli produk-produk dalam negeri sehingga membantu pelaku usaha mulai dari industri hingga pertanian.
Adapun, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2020 tersebut merupakan pertumbuhan yang terendah sejak kuartal 1/2001.
"Pertumbuhan ekonomi 2,97 persen ini jauh dari perkiraan, tapi tidak bisa dibandingkan karena situasi sekarang berbeda," katanya, Selasa (5/5/2020).
Suhariyanto mengatakan banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, namun hal ini tidak belum bisa diprediksi karena ketidakpastian akibat wabah Covid-19.
Dia juga menyampaikan, kondisi perlambatan ini tidak hanya dialami oleh Indonesia. Sejumlah negara juga mengalami kontraksi ekonomi akibat menerapkan kebijakan lockdown atau pembatasan sosial untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.