Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi virus corona (Covid-19) akan berdampak pada mundurnya pembangunan smelter secara keseluruhan selama setahun.
Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) Irwandy Arif mengatakan kondisi sampai saat ini diperkirakan akan berdampak pada pembangunan smelter secara umum yang akan mundur selama setahun.
"Mundur sekitar 1 tahun secara umum atau rata-rata," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (28/4/2020).
Hal itu dikarenakan banyaknya negara yang melakukan karantina wilayah dan pembatasan akses keluar masuk sehingga menghambat tenaga kerja asing dan juga komponen peralatan smelter yang digunakan.
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli menuturkan dengan kondisi saat ini, di tengah Pandemi Covid-19 mau tidak mau tentunya pembangunan smelter juga akan terhambat dan bergeser target pembangunannya.
"Hal ini banyak dipengaruhi oleh kendala tenaga kerja karena pemberlakuan PSBB atau lockdown," katanya.
Baca Juga
Selain itu, faktor yang menunda juga berkenaan dengan kebijakan pelarangan operasional alat transportasi baik udara, laut dan darat yang akan membatasi pergerakan tenaga kerjanya.
Kendati demikian, pemerintah khususnya Kementerian ESDM saat ini tengah selalu mencarikan pemecahan dari segala permasalahan terutama terhambatnya proses pembangunan smelter.
"ESDM bersama perusahan tambang minerba pasti akan mencari jalan keluarnya," tuturnya.
Untuk diketahui, pembangunan smelter sebanyak 52 unit ditargetkan dapat selesai pada 2023 dan bisa beroperasi seluruhnya di 2024.
Hingga saat ini smelter yang telah beroperasi mencapai 17 unit smelter. Di tahun ini diperkirakan akan ada tambahan 3 unit smelter yang selesai.
Lalu di tahun depan, diperkirakan terdapat 27 unit smelter yang pembangunan selesai. Pada 2022 akan ada 2 smelter yang selesai dan akan bertambah selesainya pembangunan 2 smelter di 2023 sehingga tahun 2024 terdapat 52 smelter beroperasi.