Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Lebaran dan Ramadan, Konsumsi RT Kuartal II/2020 Melambat

Konsumsi rumah tangga diproyeksikan masih mampu mencapai 2,3 persen (yoy) pada kuartal II/2020. Seperti diketahui, Ramadan dan Idul Fitri jatuh pada kuartal II/2020.
Calon penumpang bus antar kota antar provinsi (AKAP) berada di dekat loket pembelian tiket di Terminal Pulo Gebang di Jakarta, Kamis (23/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Calon penumpang bus antar kota antar provinsi (AKAP) berada di dekat loket pembelian tiket di Terminal Pulo Gebang di Jakarta, Kamis (23/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Konsumsi rumah tangga diproyeksikan hanya mampu mencapai 2,3 persen (yoy) pada kuartal II/2020 di tengah pandemi Covid-19, meskipun ada event besar, Ramadan dan Idul Fitri.

"Konsumsi rumah tangga masih mungkin mencapai 2,3 persen (year on year/ yoy), tapi itu batas atas," kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal, Kamis (23/4/2020).

Secara tahunan, konsumsi rumah tangga diproyeksikan hanya mampu tumbuh -0,4 persen hingga 2,8 persen (yoy) tahun ini.

Menurut Faisal, pada situasi normal sepanjang Ramadan perputaran uang cenderung meningkat tinggi hanya pada kelompok bahan pangan. Konsumsi pada kelompok lain juga meningkat tetapi tidak sesignifikan kelompok bahan pangan.

Namun, perputaran uang bakal meningkat signifikan pada saat Idul Fitri dan setelah Idul Fitri karena adanya pembagian THR sebelum lebaran.

Ini menjadi tambahan disposable income bagi masyarakat dan dipakai pada waktu yang bersamaan untuk berbelanja sandang, melakukan pariwisata, dan konsumsi-konsumsi jenis lainnya.

Jika THR masih dicairkan secara penuh oleh pemberi kerja kepada pekerja jelang Idul Fitri tahun ini, Faisal memperkirakan masyarakat menengah bawah akan cenderung menggunakannya untuk konsumsi. Hal ini terutama bagi mereka yang penghasilannya menurun dan sektor-sektor yang paling terdampak akibat Covid-19.

Namun, kelommpok kelas menengah atas bakal cenderung menabung dan tidak akan meningkatkan konsumsi. Hal ini terutama karena tidak bisa direalisasikannya kebutuhan tersier akibat pelarangan dari penerapan PSBB dan larangan mudik.

Di satu sisi, ada kemungkinan tambahan penghasilan dari THR akan ditransfer oleh pemudik dari wilayah asal mudik kepada keluarga yang masih tinggal di wilayah tujuan mudik.

"Mereka yang berada di wilayah asal mudik tidak bisa leluasa berkonsumsi karena ada restriksi mobilitas dari PSBB," kata Faisal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhamad Wildan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper