Bisnis.com, JAKARTA — Harga sejumlah kebutuhan pokok terpantau naik sehari jelang Ramadan.
Kalangan pedagang pasar mengemukakan bahwa kondisi ini merupakan hal yang normal dan menjadi sinyal bahwa permintaan masyarakat jelang Ramadan tetap tinggi meski di tengah pandemi corona.
"Ada permintaan yang meningkat beberapa hari jelang Ramadan dan ini ritme tahunan. Pasar pun dalam dua tiga hari ini ada peningkatan kunjungan ke pasar," ujar Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri kepada Bisnis, Kamis (23/4/2020).
Mansuri mengaku sempat pesimistis dengan daya beli masyarakat akan kebutuhan pokok jelang Ramadan melihat masih diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah kota besar. Kendati demikian, kondisi sebaliknya justru terjadi meski tingkat kunjungan disebutnya tak setinggi dua tahun belakangan.
Dia menjelaskan pergerakan kenaikan harga selama Ramadan dan Idulfitri setidaknya terjadi tiga kali. Pertama pada beberapa hari jelang Ramadan, kedua kala pekan terakhir Ramadan menjelang Idulfitri, dan kenaikan usai Idulfitri.
"Kalau kenaikan harga setelah Idulfitri lebih karena pasokan berkurang, pedagang juga tidak banyak karena libur," ujarnya.
Baca Juga
Dia memperkirakan tren kenaikan harga tersebut berpotensi tetap terjadi tahun ini meskipun permintaan masyarakat banyak dipengaruhi oleh perekonomian yang terimbas Covid-19.
Menurut informasi yang dihimpunnya, gula dan bawang merah menjadi komoditas yang harganya terpantau stabil tinggi. Harga gula disebut Mansuri masih berkisar di level Rp19.000 per kilogram, jauh dari harga acuan yang dipatok Rp12.500 per kilogram. Sementara bawang merah di kisaran Rp50.000—53.000 per kilogram.
Di sisi lain, Mansuri mengatakan harga bawang putih cenderung mulai stabil di kisaran Rp35.000—37.000 per kilogram. Hal ini menurutnya terjadi lantaran pasokan mulai lancar.
"Bawang putih sudah mulai stabil. Yang perlu diwaspadai adalah pada produksi dalam negeri ini seperti bawang merah dan cabai-cabaian," ujarnya.
Dia mengemukakan bahwa pemerintah harus memastikan data-data produksi benar-benar mencerminkan kondisi sebenarnya. Dengan demikian, jika terjadi kenaikan harga ketika produksi dalam negeri memadai, masalah logistik bisa diurai.
Data prognosis Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa produksi bawang merah selama Maret sampai Mei bakal mencapai 333.219 ton dengan konsumsi sebanyak 347.387 ton. Dengan stok akhir Februari sebanyak 254.561 ton, neraca pada akhir Mei diperkirakan surplus 240.393 ton.
Neraca surplus pun diperkirakan terjadi pada cabai rawit dengan produksi mencapai 326.804 kebutuhan 257.900 ton, sehingga surplus mencapai 68.904 ton.