Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat Perkeretaapian Indonesia atau Maska menilai alternatif distribusi pangan melalui jalur kereta api menjadi potensial di tengah masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) karena jalur darat cukup ketat pembatasannya.
Ketua Maska Hermanto Dwiatmoko mengatakan secara teoritis pengangkutan dengan jarak lebih dari 500 km yang paling efisien dengan menggunakan kereta api.
“Kalau sekarang mereka [PT Kereta Api Indonesia/KAI] buka logistik pangan bagus, terutama dengan pertimbangan menggunakan truk antar PSBB ada pembatasan, sedangkan kalau lewat tol juga lebih mahal sekarang,” jelasnya, Selasa (21/4/2020).
Namun, dia berharap KAI perlu memberi perhatian khusus untuk mengangkut barang segar dengan menyediakan fasilitas yang memadai seperti pendingin. Terlebih, angkutan pangan ini membutuhkan penangan yang berbeda dan tidak seperti angkutan barang pada umumnya.
Selain itu, imbuhnya, sifatnya masih dari satu stasiun ke stasiun. Hal tersebut menjadi tambahan biaya bagi pengguna yang ingin mengambil barangnya dari stasiun ke tujuan akhir.
Namun, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukannya, ternyata angkutan kereta api lebih mahal. Penelitian itu dilakukan dengan membandingkan antara angkutan jalan tanpa memperhitungkan jalan tol dengan Kereta Api jalur Surabaya- Jakarta menggunakan kontainer 20 feet.
Baca Juga
Penyebabnya, kata dia, karena proses dan waktu bongkar muat kereta api masih lebih panjang. Tak hanya itu angkutan barang di KA mengenakan Ppn sebesar 10 persen sedangkan angkutan truk tidak ada tambahan tersebut.
Selain itu, karena keberangkatan KAI yang telah terjadwal dan kurang fleksibel kurang dapat dioptimalkan untuk mengangkut barang kembali setelah sampai di stasiun tujuan. Hal berbeda dengan angkutan dengan truk ketika kembali ke daerah tujuan masih bisa dioptimalkan untuk kembali mengangkut barang, sehingga tidak ada kapasitas ruang yang hilang.