Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Corona Bikin Pasar Migas Berubah, Pertamina Siap Jualan Petrokimia

Saat ini Pertamina sedang mengembangkan kilang di 6 lokasi, yang pembangunannya diintegrasikan dengan pembangunan pabrik petrokimia
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Guna memperluas bauran produk, PT Pertamina (Persero) kian mantap untuk memantangkan rencana pembangunan kilang untuk memproduksi petrokimia.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan pihaknya akan terus melanjutkan pembangunan kilang Cilacap dan Kilang Tuban.

“Rencana kami membangun petrochemical itu yang ada di Cilacap dan TPPI, kami melihat petrochemical itu demand-nya masih tinggi,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Selasa (21/4/2020).

Menurut dia, agar tidak terlalu bergantung kepada produk minyak dan gas bumi (migas), Pertamina perlu menambah bauran produk baru, terutama untuk memitigasi kondisi industri migas yang kerap berfluktuasi.

Selain itu, dengan adanya pandemi Covid-19, pihaknya memprediksi permintaan akan produk bahan bakar ke depannya akan berubah.

Nicke menilai, pada masa sulit ditengah bencana, industri kimia dasar, farmasi, dan juga logistic masih dapat bertahan bahkan masih bisa mencetak pertumbuhan di tengah masa-masa sulit.

“Jadi salah satu cara kami bisa dengan new product development or new business development, karena jika ini recover tidak bisa seperti dulu,” ungkapnya.

Sekadar informasi, Pertamina mengintegrasikan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) yang merupakan anak usaha Turban Petro dengan megaproyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban.

Saat ini Pertamina sedang mengembangkan kilang di 6 lokasi, yang pembangunannya diintegrasikan dengan pembangunan pabrik petrokimia. Salah satunya yakni GRR Tuban yang nantinya akan diintegrasikan dengan TPPI, dengan dibangun pipa penghubung sejauh 7 km.

Sementara itu, untuk pengembangan kilang Cilacap yang termasuk dalam Refinery Development Master Plan (RDMP) tersebut, kapasitas pengolahan kilang akan meningkat dari sebelumnya 348.000 barel per hari (bph) menjadi 370.000 bph.

Selain itu akan terjadi juga peningkatan produksi gasoline dari 59.000 bph menjadi 138.000 bph dan produksi diesel dari 82.000 bph menjadi 137.000 bph.

Dengan kapasitas saat ini sebanyak 348.000 bph atau 33 persen dari kapasitas kilang minyak yang dioperasikan Pertamina, Kilang Cilacap menjadi kilang terbesar di Indonesia.

Kilang Cilacap tahap I beroperasi pada 1976 dengan kapasitas 118.000 bph, sementara kilang Cilacap II beroperasi pada 1983 dengan kapasitas 230.000 bph. Minyak mentah yang diolah di kilang ini berasal dari domestik dan sebagian impor dengan produk yang dihasilkan berupa bahan bakar minyak (BBM) seperti bensin dengan oktan RON 88 (Premium) dan Ron 92 (Pertamax), kerosene, solar, hingga avtur.

Selain BBM, kilang Cilacap juga memproduksi LPG, ashpalt, sulfur, dan produk petrokimia seperti benzene dan propylene. Nicke menambahkan, peluang pasar bisnis petrokimia saat ini sekitar Rp40—Rp50 triliun per tahun. Selain itu bisnis petrokimia mempunyai margin lebih tinggi dibandingkan dengan BBM.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper