Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gandeng Bill Gates, Ini Rencana Bio Farma dalam Pengembangan Vaksin Covid-19

Proses pengemangan vaksin bisa berlangsung sekitar 2—3 tahun jika sudah masuk dalam emergency policy.
Pekerja melakukan pengemasan saat memproduksi vaksin di laboratorium milik PT Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Selasa (28/8/2018)./ANTARA-Raisan Al Farisi
Pekerja melakukan pengemasan saat memproduksi vaksin di laboratorium milik PT Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Selasa (28/8/2018)./ANTARA-Raisan Al Farisi

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bio Farma (Persero) tengah mengajukan proses riset dan pengembangan vaksin untuk Covid-19 bersama sejumlah lembaga, salah satunya lembaga yang didanai oleh pendiri Microsoft Bill Gates.

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menyatakan proses pengembagan ini dilakukan bersama Koalisi Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (The Coalition for Epidemic Preparedness Innovations/CEPI) yang didanai oleh Bill Gates lewat Bill & Melinda Gates Foundation.

Saat ini pihaknya masih mengajukan opsi untuk proses pengembangan yang lebih besar bersama lembaga tersebut. Dia menyatakan, komunikasi juga tengah dijalin dengan lembaga dari dalam negeri, yakni Lembaga Eijkman.

“Kami sudah mengajukan opsi untuk proses scale up untuk vaksin yang sedang dikembangkan, yang sudah jalan komunikasinya dengan CEPI dan untuk di dalam negeri kami kerja sama dengan Eijkman,” katanya kepada Bisnis, Kamis (16/4/2020).

Sebelumnya, dia mengatakan proses pengembangan vaksin akan memakan waktu cukup lama, sekitar 10—15 tahun. Namun, proses itu bisa lebih cepat sekitar 2—3 tahun jika pengembangan vaksin sudah masuk dalam emergency policy.

“Tapi kalau kerja sama dengan berbagai lembaga penelitian mungkin ada shortcut. Misal ada lembaga riset yang sudah tahap 1, tapi mungkin mereka tak punya kapasitas melanjutkan. Jadi memang harus ada koordinasi, kalau seandainya sudah ada yang ke tahap 2, bisa 2—3 tahun lebih cepat,” jelasnya.

Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga menyatakan Bio Farma akan diberi mandat untuk memproduksi Oseltamivir dan Klorokuin. Kementerian sudah mengimpor bahan baku untuk memproduksi 500.000 tablet Oseltamivir dan 1 juta tablet Klorokuin.

Kedua obat ini, sejauh ini digunakan sebagai alternatif obat untuk penanganan penyakit Covid-19. Meski begitu, kedua obat tersebut belum benar-benar terbukti paten sebagai obat untuk penyakit tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper