Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Surplus Neraca Dagang Maret 2020 Tanda Ekonomi Melambat

Surplus neraca dagang bulan Maret terjadi karena turunnya impor di saat industri manufaktur mengalami kontraksi.
Sejumlah truk mengantre muatan peti kemas di Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (13/2/2020). ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Sejumlah truk mengantre muatan peti kemas di Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (13/2/2020). ANTARA FOTO/Didik Suhartono

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira beranggapan surplus neraca dagang per Maret 2020 menunjukkan perlambatan ekonomi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan pada Maret 2020 tercatat surplus U$743,4 juta.

Nilai tersebut lebih tinggi dari surplus perdagangan Maret 2019 yang sebesar US$670,8 juta. Namun surplus pada Maret 2020 masih lebih rendah dibandingkan dengan Februari 2020 US$2,51 miliar.

Secara akumulasi Januari-Maret 2020, neraca perdagangan mencatat surplus US$2,62 miliar, jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yaitu defisit US$62,8 juta.

Menurut Bhima, surplus neraca dagang terjadi karena turunnya impor di saat industri manufaktur mengalami kontraksi.

Kontraksi tersebut terlihat dari Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia kuartal I/2020 yang tercatat sebesar 45,64%, turun dari 51,50% pada kuartal IV/2020 dan 52,65% pada kuartal I/2019.

"Surplus tercipta bukan karena ekspor naik, kalau dilihat secara yoy maret total ekspor turun 0,2%, kemudian impor turun 0,75%. Ini surplus semu sesuai perkiraan," katanya, Rabu (15/4/2020).

Bhima menuturkan, industri saat ini cenderung mengerem pembelian bahan baku, yang juga disebabkan belum normalnya produksi bahan baku dan penolong di China, akibat dampak Covid-19.

Di samping itu, impor barang konsumsi juga melambat karena terpukul oleh pelemahan daya beli dan gelombang PHK secara langsung memberi tekanan terhadap anjloknya pendapatan masyarakat.

Sementara dari sisi ekspor, kata Bhima, harga komoditas pada Maret 2020 masih cenderung rendah, khususnya minyak mentah. Permintaan global melemah seiring prediksi WTO akan terjadinya kontraksi volume perdagangan global hingga 32% sepanjang tahun.

"Maret sudah dekat periode ramadan, seharusnya terjadi lonjakan produksi untuk memenuhi permintaan seasonal. Tapi ini tidak terjadi," jelas Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper