Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan properti yang melesu akibat dampak virus corona jenis baru atau Covid-19 membuat pengembang berusaha bertahan dengan menjaga arus kas perusahaan tetap stabil.
Vice President Director PT Metropolitan Kentjana Tbk. Jeffry Tanudjaja mengatakan bahwa wabah virus corona yang tidak bisa diprediksi kapan akan mereda membuat pengembang properti harus mampu menstabilkan arus kas.
Apalagi, katanya, jika semakin lama virus corona berlangsung, akan makin besar pula dampaknya terhadap bisnis properti di Tanah Air. Selain itu, masa pemulihan sektor properti juga akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
"Untuk itu, yang terpenting saat ini adalah harus bisa survive dulu. Diusahakan cashflow harus cukup minimal untuk 3 bulan hingga 6 bulan ke depan," tuturnya kepada Bisnis, Rabu (15/4/2020).
Sementara itu, Commercial and Business Development Director AKR Land Alvin Andronicus mengatakan bahwa beban arus kas para pengembang dipastikan terganggu akibat penjualan properti yang melesu.
Selain itu, pengembang juga dihadapi oleh potensi naiknya harga material bangunan jika rupiah kembali melemah terhadap dolar AS yang sebelumnya menyentuh Rp16.000. Jika kenaikan material terjadi, dia memprediksi harga properti pun akan ikut terkerek setelah Idulfitri.
"Karena efek dari kenaikan harga material pembangunan termasuk beban cashflow yang terganggu akibat perlambatan penjualan, mengakibatkan [para pengembang] mengandalkan pinjaman baru [ke bank] dengan beban bunga," kata Alvin.