Bisnis.com, JAKARTA – Pasar properti Indonesia mengalami pukulan berat sepanjang kuartal I/2020, tetapi bebannya diperkirakan akan makin berat pada kuartal kedua tahun ini.
Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Lukas Bong mengatakan pada awal tahun pasar properti sudah menunjukkan adanya kenaikan. Banyak investor maupun end user yang mulai melakukan pembelian dan melepas status wait and see.
Namun, ketika wabah COVID-19 meluas, para konsumen properti berbondong kembali memasang status wait and see. Tahun yang sebelumnya diprediksi bakal jadi titik kebangkitan pasar properti, malah memberikan beban dan menekan lebih dalam.
“Pada awal tahun, penjualan sudah sangat menyenangkan. Bahkan ada beberapa developer yang hasil penjualannya lebih tinggi, tidak seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Kemudian sehabis Maret dikonfirmasi wabah COVID-19, penjualannya menurun lagi,” ujar Lukas kepada Bisnis, Senin (13/4/2020).
Penjualan terhambat paling utama adalah karena adanya larangan bepergian, sehingga orang tidak bisa pergi melihat kondisi properti yang akan dibeli atau rumah contoh.
Adapun, pada kuartal kedua, penjualan hunian akan terasa semakin berat karena beli hunian tak menjadi prioritas orang kebanyakan. Puncak wabah akan membuat orang lebih fokus memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menjadikan dana yang dimiliki sebagai dana darurat dibandingkan dengan harus beli rumah.
Baca Juga
“Transaksi masih ada, tetapi banyak di luar Jakarta. Aturan PSBB [pembatasan sosial berskala besar],terutama membuat penjualan hunian di Jakarta mengalami penurunan yang sangat drastis,” ungkapnya.
Terhambatnya penjualan juga terlihat dari pengembang yang makin minim menelurkan proyek-proyek baru. Umumnya, proyek baru banyak diincar konsumen karena kualitas bangunan yang biasanya masih bagus karena usia bangunan masih muda.
Untuk saat seperti ini, bagi yang sudah mempersiapkan diri untuk membeli hunian menurutnya harus disegerakan. Kondisi saat ini dinilai sedang sangat berpihak kepada pembeli, karena akan ada banyak pengembang yang memberikan diskon besar dan kesempatan negosiasi lebih demi tetap bisa menjual produknya.
“Kalau punya uang, atau sudah menyiapkan dana untuk beli rumah, mendingan sekarang. Misalnya, jual dolar AS yang dimiliki, harganya sedang tinggi kan, kemudian dipakai untuk beli rumah untuk investasi jangka panjang,” kata Lukas.