Bisnis.com, JAKARTA — Industri perlampuan mengaku saat ini masih mencatatkan utilisasi yang rendah atau sekitar 55 persen. Hal itu dikarenakan pergeseran penggunaan jenis lampu ke LED yang lebih memiliki ketahanan lebih lama
Ketua Umum Asosiasi Perlampuan Indonesia (Aperlindo) Jhon Manoppo mengatakan saat ini rerata di rumah sudah menggunakan lampu LED yang memiliki umur lebih dari setahun. Sementara dulu, masyarakat menggunakan lampu jenis CFL, di mana usia lampu lebih pendek atau hanya sekitar setahu.
"Jadi daya tahan LED lebih lama dan LED di yang digunakan rumah tangga sudah sekitar 65 persen dari rumah berlistik yang berjumlah 70 juta rumah atau 99,45 persen. Namun, saat ini yang repot untuk lampu proyek industri dan jalan karena tidak bisa berjalan dan ada pembatasan pekerja," katanya kepada Bisnis, Minggu (12/4/2020).
Jhon mengemukakan meski demikian, dalam kondisi pembatasan sosial berskala besar atau PSBB saat ini lampu sudah berhasil masuk kategori sebagai bahan utama. Hal itu mengingat lampu akan dibutuhkan pada setiap ruangan masyarakat baik pribadi maupun layanan kesehatan.
Untuk itu, industri lampu dipastikan dalam keadaan normal baik dalam proses manufaktur, pemasokan, serta penjualan. Menurut John keputusan ini sudah disetujui oleh pemerintahan terkait.
"Di surat Kementerian Perindustrian pada 2 April kemarin, pemerintah sudah memberikan kemudahan bahan pokok dan lampu termasuk bahan kebutuhan sehari-hari agar tetap menyala dan terang rumahnya," ujarnya.
John menambahkan saat ini pabrikan dalam negeri masih mempunyai stok bahan baku sekitar sebulan dan importir punya stok barang jadi sekitar dua bulan. Alhasil, untuk persoalan proses produksi hampir tidak ada masalah.
Sebelumnya, John mencatat ada sekitar 547,16 juta lubang lampu rumah yang digunakan di dalam negeri. Namun demikian pangsa pasar lampu lokal hanya mencapai 25 persen atau terpasang dalam 136,79 juta lubang lampu.
Adapun, Jhon memproyeksi konsumsi lampu pada tahun ini tumbuh sekitar 9,37 persen menjadi 598,4 juta lampu.