Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbas Corona, Volume Ekspor Karet Sumut Diperkirakan Turun

Kebijakan sejumlah negara tujuan ekspor karet yang menerapkan lockdown, berpengaruh terhadap kinerja ekspor komoditas itu dari Sumatra Utara.
Warga menyadap getah karet di Desa Balai Rajo, VII Koto Ilir, Tebo, Jambi, Selasa (23/4/2019). Harga jual getah di pasar lelang karet desa setempat naik dari Rp.8.500 per kilogram pada bulan lalu menjadi Rp.9.600 dalam beberapa hari terakhir. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Warga menyadap getah karet di Desa Balai Rajo, VII Koto Ilir, Tebo, Jambi, Selasa (23/4/2019). Harga jual getah di pasar lelang karet desa setempat naik dari Rp.8.500 per kilogram pada bulan lalu menjadi Rp.9.600 dalam beberapa hari terakhir. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Bisnis.com, MEDAN - Volume ekspor karet remah Sumatra Utara diperkirakan turun lebih dalam pada April 2020. Pasalnya sejumlah negara tujuan ekspor menetapkan kebijakan karantina wilayah atau lockdown

Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut Edy Irwansyah memerinci volume ekspor karet Sumut mencapai 33.103 ton pada Maret 2020, turun 3 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 34.025 ton. Penurunan ini lebih baik dari proyeksi sebelumnya yang bisa mencapai 10 persen. 

"Sebelumnya, penurunan diperkirakan lebih dari 3 persen. Sehubungan dengan adanya beberapa negara tujuan yang sedang lockdown, sebagian pengapalan April dipercepat ke Maret," terangnya dalam siaran persnya, Minggu (12/4/2020). 

Lebih lanjut, asosiasi memperkirakan volume ekspor karet pada bulan ini berpotensi turun lebih dalam. Penurunan volume ekspor diperkirakan dapat mencapai 20 persen. 

Penurunan ini masih terimbas beberapa negara tujuan ekspor yang menetapkan kebijakan karantina wilayah atau lockdown seperti India, AS, Prancis, Korea, dan Malaysia.

Sekitar 90 persen produksi karet remah di Sumut untuk pasar ekspor. Dalam kondisi normal, volume produksi mencapai lebih dari 500.000 ton per tahun. Beberapa negara yang menjadi tujuan utama pasar ekspor yakni Jepang sebesar 20 persen, AS sebesar 18 persen, China 11 persen, dan India 7 persen. Adapun, sisanya diekspor ke 50 negara lainnya. 

Di tengah wabah Covid-19, Edy mengatakan aktivitas produksi masih berjalan, tetapi ada pengurangan waktu dan hari kerja. Hal ini karena bahan baku yang akan diolah semakin terbatas maupun karena banyaknya stok yang belum diekspor.

Saat ini ada 25 pabrik yang tetap beroperasi dan belum ada PHK. Namun, sebagian pabrik berencana merumahkan karyawannya hingga situasi kembali normal, apabila negara tujuan ekspor yang menetapkan karantina wilayah semakin bertambah. 

"Sebagian pabrik berencana merumahkan karyawannya [apabila] delay shipment terus berlanjut," imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper