Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Uji Penelitian Ventilator ITB

Direktur Jendral Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam mengatakan dari tujuh Universitas dan Lembaga yang membuat kerangka acuan pengembangan ventilator, ITB menjadi yang paling menunjukkan kemajuan dengan progres penyelsaian 90 persen.
Sistem pernapasan/interactive-biology.com
Sistem pernapasan/interactive-biology.com

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian dan Kementerian Kesehatan mulai melakukan pengujian hasil penelitian pengembangan ventilator dalam negeri.

Direktur Jendral Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam mengatakan dari tujuh Universitas dan Lembaga yang membuat kerangka acuan pengembangan ventilator, ITB menjadi yang paling menunjukkan kemajuan dengan progres penyelsaian 90 persen.

Untuk mempercepat produksi ventilator, pemerintah juga telah menyiapkan sejumlah stimulus. Sebut saja seperti pembiayaan prototyping ventilator medical grade dengan melakukan reverse engineering sehingga menghasilkan ventilator sederhana di luar ICU dan ventilator advance untuk ruang ICU.

Tak hanya itu, pemerintah juga memberikan kemudahan ketentuan lartas impor bahan baku atau komponen ventilator. Selanjutnya dari Kemenkes juga akan merelaksasi uji performance. Terakhir, membuat standar atau spesifikasi jenis dan kualitas serta kebutuhan untuk ventilator.

"Kami akan melakukan penunjukan langsung kepada perusahaan yang dianggap mampu melakukan prototyping ventilator dan pengecualian izin edar untuk ventilator pada K/L terkait." katanya dalam pertemuan virtual dengan Komisi IX, Rabu (8/4/2020).

Upaya mengadakan ventilator menjadi krusial dalam sepekan terakhir, lantaran di Indonesia mulai kekurangan alat medis bantu pernapasan tersebut.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita juga memiliki opsi dengan melakukan barter ventilator pada negara lain.

Namun, hal itu akan dilakukan asal produksi dan utilisasi APD dalam negeri sesuai rencana awal yang sudah dituliskan. Rencana awal itu adalah produksi sekitar 18 juta paket oleh 30 perusahaan yang terdata di Kemenperin.

Proses produksinya pun mulai dilakukan penuh awal bulan ini. Artinya jika mulai akhir bulan atau awal Mei utilisasi 100 persen maka akan terjadi kelebihan pasokan untuk kebutuhan dalam negeri.

Hal itu dikarenakan, Agus mengacu pada data kebutuhan APD dalam negeri hanya sekitar 5 juta-10 juta per bulan.

"Dengan asumsi di atas maka nanti akan ada kelebihan produksi yang bisa gunakan alat bergaining untuk ekspor pada negara yang mampu produksi ventilator dan akan kita lakukan barter," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper