Bisnis.com, JAKARTA – Setelah sempat bertahan untuk tidak menurunkan suku bunganya, Bank sentral China akhirnya mengikuti arus pelonggaran moneter global untuk meningkatkan respons terhadap penyebaran virus corona (Covid-19).
Seperti dikutip Bloomberg, People’s Bank of China (PBOC) pada Senin (30/3/2020) memangkas suku bunga 7-day repurchase rate menjadi 2,2 persen dari 2,4 persen. Jumlah pemangkasan ini merupakan yang terbesar sejak 2015.
Selain itu, PBOC juga menggelontorkan likuiditas hingga 50 miliar yuan (US$7,1 miliar) ke dalam sistem perbankan. Bank sentral mengatakan ini akan menjaga likuiditas yang cukup untuk membantu perekonomian riil.
Pemangkasan pertama sejak Februari ini sejalan dengan janji oleh kepemimpinan Partai Komunis pada hari Jumat (27/3) untuk meningkatkan dukungan kepada ekonomi melalui peningkatan penjualan utang negara, menyusul turunnya permintaan domestik dan ekspor akibat pandemi Covid-19. Langkah ini juga membawa PBOC sejalan dengan bank sentral global lainnya yang telah melonggarkan kebijakan secara dramatis dalam beberapa pekan terakhir.
"Penurunan suku bunga yang lebih besar dari biasanya adalah ungkapan bahwa China bersedia bergabung dengan konsorsium yang terkoordinasi untuk stabilisasi ekonomi," kata Raymond Yeung, kepala ekonom China di Australia & New Zealand Banking Group, seperti dikutip Bloomberg.
"Bisnis kecil dan menengah runtuh karena kurangnya arus kas," ungkapnya.
Baca Juga
Penurunan suku bunga utama bank sentral menyesuaikan likuiditas pasar juga menandakan penurunan suku bunga pinjaman (loan price rate/LPR) tenor satu tahun. Sebelumnya, bank sentral memutuskan tidak mengubah suku bunga LPR di level 4,05 persen.
"Penurunan suku bunga pinjaman bank tanpa pengurangan biaya kewajiban mereka akan menekan margin bunga bersih bank, mengikis profitabilitas dan basis modal mereka," kata Ding Shuang, kepala ekonom China dan Asia Utara di Standard Chartered Bank Ltd.
Selain itu, China akan meningkatkan defisit fiskal sebagai bagian dari produk domestik bruto, menerbitkan surat utang negara khusus, serta mengijinkan pemerintah daerah untuk menjual lebih banyak obligasi infrastruktur sebagai bagian dari paket untuk menstabilkan perekonomian.
Dalam sebuah pernyataan terpisah yang diterbitkan Jumat malam, PBOC menyerukan koordinasi yang lebih baik dari kebijakan makro global, sambil menekankan kembali rencana menjaga likuiditas yang cukup untuk membantu perekonomian riil dan mengawasi risiko inflasi.