Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah banyaknya ketidakpastian ekonomi dan juga wabah Covid-19, ditambah dengan harga properti yang semakin menjulang tinggi, properti sewa bisa menjadi pilihan untuk bisa tetap tinggal di tengah kota.
Investor and Partner Flokq sekaligus VP The Jayakarta Group Nicholas Pudjiadi mengatakan bahwa pasar properti sewa tahun ini mulai bertumbuh setelah sempat ambruk pada tahun lalu.
“Tahun lalu pasar sewa mengalami penurunan sekitar 30 persen. Hal ini membuat banyak terjadi penurunan harga sewa tahun lalu, tapi tetap saja terasa mahal karena pilihan pembayaran buat penyewa belum banyak,” kata Nicholas, Rabu (25/3/2020).
Meskipun banyak penurunan harga, Nicholas menyatakan bahwa penyewa masih harus membayar sewa di awal. Hal ini berat bagi penyewa yang ingin tinggal dengan jangka panjang.
Sementara itu, tahun ini dengan pasar yang semakin melemah, pemilik properti memberikan kebebasan lebih bagi penyewa, itu sebabnya pasarnya mulai bertumbuh.
“Sekarang penyewa diberi kebebasan lebih untuk menawar harga dan mereka bisa bayar bulanan atau per satu tahun meskipun mau sewa untuk tiga tahun,” imbuh Nicholas.
Baca Juga
Adapun, dengan semakin banyak kemudahan yang ditawarkan properti sewa, pada tiga bulan pertama berjalan di tahun ini, Nicholas menyebut bahwa pasar sewa sudah mulai bertumbuh 10 persen.
“Tahun ini sudah kembali naik sedikit demi sedikit. Kebanyakan properti sewa diisi milenial, yang ingin tinggal dekat dengan kantor ditambah dengan banyaknya pemilik properti yang memberikan kelengkapan fasilitas,” ujarnya.
Selain itu, kondisi rupiah yang tengah melemah di hadapan dolar AS saat ini disebut juga bisa membawa keuntungan kepada pemilik properti yang menyewakan kepada ekspatriat. Pasalnya, umumnya harga sewa dipatok dengan kurs dolar AS.
“Dengan dolar sedang naik seperti sekarang ini mencapai di atas Rp16.000, bakal menjadi benefit buat pemilik properti,” katanya.
Adapun, dengan kondisi seperti sekarang ini, platform sewa hunian Flokq menyebut belum mendapatkan pembatalan. Kendati demikian, ada beberapa penyewa yang kontraknya sudah habis tidak melakukan perpanjangan masa tinggal.
“Kita tidak bisa prediksi ini akan sampai berapa lama. Kerugian pasti akan dirasakan, menurut saya loss income dari pemilik dengan rata-rata harga per unitnya Rp500 juta per tahun, bisa loss sekitar 200 unit atau Rp10 miliar tahun ini, karena kondisi ekonomi sekarang juga mempengaruhi daya beli orang,” jelasnya.
Senada, Managing Director Cushman and Wakefield Indonesia David Cheadle mengatakan properti sewa akan tetap menarik di tengah beragam ketidakpastian yang melanda, salah satunya seperti properti perkantoran.
Perkantoran sewa dinilai akan tetap menarik meskipun tingkat permintaan sewa mengalami penurunan yang signifikan. Dengan kondisi seperti sekarang ini, pemilik lahan umumnya akan lebih berhati-hati dalam memutuskan harga sewa kepada penyewa baru.
“Biasanya mereka akan lebih terbuka untuk penawaran harga, hal ini untuk menjaga tingkat okupansi. Dengan kondisi ini para calon tenant akan lebih mudah mencari kantor yang kualitasnya lebih baik dengan harga yang lebih terjangkau,” ujar Cheadle.