Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebutuhan APD Tinggi, Indofarma Ikutan Produksi

Kebutuhan alat pelindung diri (APD) tenaga medis meningkat seiring upaya memerangi virus corona.
Petugas kesehatan di Spanyol menggunakan kantong sampah sebagai alat pelindung diri saat menolong pasien virus corona Covid-19./Bloomberg
Petugas kesehatan di Spanyol menggunakan kantong sampah sebagai alat pelindung diri saat menolong pasien virus corona Covid-19./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut, Indonesia sedang rebutan Alat Pelindung Diri atau APD dengan 180 negara lainnya guna mendukung tenaga medis yang berjuang melawan virus corona atau Covid-19.

Hal itu diungkapkan Kepala Negara saat meresmikan Rumah Sakit (RS) Darurat Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran.

Seketika APD dibutuhkan di mana-mana. Bahkan, kita sudah melihat ada tenaga medis menggunakan jas hujan sebagai pengganti APD dalam menjalankan tugasnya.

Alhasil, kelangkaan membuat sejumlah stakeholder seperti rumah sakit (RS) hingga perusahaan ikut memproduksi APD secara mandiri guna membantu para tenaga medis.

APD untuk tenaga medis dalam menanggulangi Covid-19 secara umum terdiri dari masker N95 dan masker bedah disposable, coverall jumpsuit atau yang kerap disebut baju hazmat, goggles, sarung tangan disposable dan steril, shoe cover, dan face shield.

Direktur Utama PT Indofarma Tbk. Arief Pramuhanto mengatakan secara umum di Indonesia sudah mampu melakukan produksi kesemua item di atas. Hanya saja melunjaknnya kasus Covid-19 membuat permintaan naik sedangkan pasokan bahan baku sempat terhambat.

Arief menyebut, perseroan yang selama ini hanya fokus memproduksi alkes di empat komponen yakni furnitur RS, diagnosa, disposable, dan elektromedis. Sekarang, perusahaan dengan kode emiten INAF ini turut memproduksi APD guna memenuhi kebutuhan yang naik drastis.

"Jadi APD kami tidak terlalu banyak, juga hanya sebagai trading dengan mengambil dari luar. Jadi sebenarnya barang APD ini ada tetapi tidak cukup karena permintaannya yang naik 5-6 kali lipat," katanya kepada Bisnis, Selasa (24/3/2020).

Arief mengamini, bahan baku untuk memproduksi APD kebanyakan didatangkan dari China. Akrirnya, meski permintaan terus melonjak,produksi tidak mudah ditingkatkan. Untuk itu, INAF akan menyiapkan contingency planning.

Dalam kondisi ini, perseroan pun telah memesan dua mesin pembuatan masker bedah disposable yang diharapkan dapat memproduksi hingga 1,5 juta item per bulan. Namun, Arief menyebut mesin tersebut baru bisa didatangkan pada April ini.

"Sekarang impor sudah dibantu pesawat TNI dan sejumlah pesawat Garuda yang ditugaskan dalam pengiriman barang guna memaksimalkan jalur logistik," ujar Arief.

Selain alkes dan APD, menurutnya, produksi obat penyembuhan Covid-19 untuk didorong. Indofarma pun telah kembali memproduksi obat Sars yang terbukti ampuh untuk 9 dari 20 pasien di RS Persahabatan berhasil sembuh.

Indofarma akan memproduksi sekitar 275.000 butir dalam empat tahapan ke depan. Seiring dengan hal itu, pasokan rappid test pun terus dilakukan.

"Kalau laboratorium BUMN yang menerima rappid test di Kimia Farma, kami hanya memasok alatnya," kata Arief. 

Arief pun mengapresiasi bantuan produksi APD dari berbagai industri manufaktur lain untuk sementara ini memang akan cukup membantu. Namun, dia memastikan standar dari setiap produk harus benar-benar diperhatikan agar tetap sesuai dengan kebutuhan para tenaga medis.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper