Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Cukup Insentif Gas, Kimia Dasar Rekomendasi Sejumlah Relaksasi

Ketua Umum Asosiasi Kimia Dasar Anorganik (Akida) Michael Susanto Pardi mengatakan penurunan harga gas menjadi $6 per mmbtu mulai April 2020 kurang signifikan mendongkrak industri.
Ilustrasi - Produks kimia dasar/ Istimewa
Ilustrasi - Produks kimia dasar/ Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku indusri kimia dasar memebutuhkan sejumlah kemudahan kebijakan pemerintah agar pengusaha tetap bertahan di tengah tekanan wabah virus corona atau Covid-19.

Ketua Umum Asosiasi Kimia Dasar Anorganik (Akida) Michael Susanto Pardi mengatakan penurunan harga gas menjadi $6 per mmbtu mulai April 2020 kurang signifikan mendongkrak industri.

Namun, dia mengaku hal itu akan cukup membantu secara bertahap dan perlu dipantau implementasinya. Pasalnya, menurut Michael hanya sekitar 10-20 perusahaan yang menikmati penurunan harga gas ini.

"Kondisi sekarang sangat VUCA [Volatile, Uncertain, Complexity and Ambiguity] dan tidak lagi bisa diprediksi. Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat juga terus berjalan, jadi industri memang perlu insentif lebih dari gas," katanya kepada Bisnis, Selasa (24/3/2020).

Adapun sejumlah insentif yang diminta a.l pemerataan harga gas yang sama dengan negara tetangga, proteksi dari barang impor yang sama, sehingga industri dalam negeri terlindungi, dan kepastian hukum dan perlindungan dari gangguan oknum dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Dari sisi fiskal, menurut Michael, industri kimia juga meminta pemotongan PPh Badan. Terakhir, yang selama ini terus diminta industri yakni pengembangan kawasan industri yang terpadu dengan pelabuhan ekspor dan impor.

Adapun dari sisi produksi, Michael memastikan, saat ini pabrikan industri kimia dasar terus berjalan dalam kapasitas normal.

Pasalnya, tanpa industri kimia, misalnya untuk produksi aluminium sulfate dan poly aluminium chloride stop, maka pengolahan air bersih di PDAM seluruh indonesia akan terganggu dan masyarakat tidak mendapatkan air bersih di rumah-rumah.

"Saat ini kami masih bikin analisa bagaimana skema menerapkan sistem kerja dari rumah, tetapi untuk karyawan yang non-produksi memang sudah melakukan trial untuk sebagian kerja dari rumah," ujarnya.

Dia pun memproyeksi permintaan pasar ke depan akan semakin menurun mengingat sebelum adanya pandemik covid-19 industri juga tertekan oleh fenomena banjir di beberapa wilayah yang dekat dengan pusat produksi.

Oleh karena itu, Michael menilai sulit untuk memprediksi pertumbuhan produksi pada kuartal I/2020. Namun, Michael berharap pertumbuhan pada kuartal I/2020 tidak kurang dari 5 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper