Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Triple Effects Ini Bikin Ekonomi Malaysia Diproyeksi Tumbuh 2 Persen Tahun Ini

Ekonomi Malaysia diperkirakan akan tumbuh pada laju terlambannya sejak krisis keuangan 2009 akibat bertubi-tubi tekanan dari pandemi virus corona (Covid-19), jatuhnya harga minyak, dan pergolakan politik.
Menara Petronas Ikon Malaysia./asianpicture.com
Menara Petronas Ikon Malaysia./asianpicture.com

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Malaysia diperkirakan akan tumbuh pada laju terlambannya sejak krisis keuangan 2009 akibat bertubi-tubi tekanan dari pandemi virus corona (Covid-19), jatuhnya harga minyak, dan pergolakan politik.

Akibat triple effects ini, Para analis mulai dari Fitch Ratings hingga United Overseas Bank Ltd. kini memperkirakan ekonomi Malaysia akan tumbuh sekitar 2 persen pada 2020.

Estimasi tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan perkiraan pemerintah bahwa produk domestik bruto (PDB) Malaysia akan berekspansi 3,6 persen – 4 persen setelah memperhitungkan dampak corona.

Sementara itu, Bank Negara Malaysia (BNM) dijadwalkan akan merilis laporan tahunan tentang ekonomi negeri ini pada Rabu (25/3/2020). Bank sentral Malaysia ini diperkirakan akan merevisi prospeknya untuk pertumbuhan ekonomi negara beribu kota Kuala Lumpur itu.

“UOB memangkas proyeksi pertumbuhan Malaysia menjadi 2,4 persen pada tahun 2020, dari 4 persen,” tutur Julia Goh, seorang ekonom senior, seperti dilansir Bloomberg, Senin (23/3/2020).

Selain itu, UOB memperkirakan nilai tukar ringgit akan mencapai 4,27 per dolar AS pada kuartal IV/2020, dari ekspektasi awal 4,05. Dia juga prihatin tentang dampak mendalamnya risiko global terkait Covid-19 dan pengetatan likuiditas dolar AS.

Malaysia diketahui bergulat dengan jumlah kasus Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona, terbanyak di Asia Tenggara. Hingga Senin (23/3/2020) siang WIB, jumlah kasus infeksi virus corona di Malaysia menembus 1.300 kasus.

Fakta tersebut mendorong pemerintah untuk melarang perjalanan ke luar negeri serta menutup toko-toko dan sekolah-sekolah sepanjang 18-31 Maret. Periode langkah pembatasan ini telah disampaikan dapat diperpanjang.

Lockdown akan menekan aktivitas ekonomi dalam jangka pendek, tetapi jika berhasil, hal itu dapat mempersiapkan rebound pada kuartal kedua atau nanti pada tahun ini,” terang Thomas Rookmaaker, Direktur Asia-Pacific Sovereigns di Fitch Ratings.

“Namun, waktu untuk rebound kapan pun menjadi lebih tidak pasti mengingat prospek global yang melemah," sambungnya. Dengan perkiraan sebelumnya bahwa pertumbuhan sebesar 4,3 persen untuk Malaysia tahun ini tidak dapat dicapai, ia dapat merevisinya menjadi sekitar 2,3 persen.

Beban ekonomi Malaysia semakin bertambah dengan adanya perubahan mendadak dalam pemerintahan bulan lalu dan perang harga yang sedang berlangsung pada pasar minyak.

"Malaysia menghadapi tiga kali lipat kejutan yakni dalam politik, harga minyak, dan guncangan virus corona,” tambah Rookmaaker.

Tak tinggal diam, para pembuat kebijakan telah meluncurkan langkah-langkah untuk meningkatkan perekonomian. Pada Senin, Perdana Menteri Muhyiddin Yassin menambahkan pemberian uang tunai dan diskon listrik ke dalam paket senilai 20 miliar ringgit (US$4,5 miliar) yang diumumkan oleh pendahulunya.

Sementara itu, Bank Negara Malaysia memangkas rasio Giro Wajib Minimum pada 19 Maret sebagai bagian dari langkah untuk melepaskan likuiditas senilai 30 miliar ringgit ke dalam sistem perbankan.

BNM sendiri telah memangkas suku bunga acuannya ke level terendah dalam satu dekade. Yang terkini, otoritas moneter Malaysia itu menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 2,50 persen pada 3 Maret.

“Langkah-langkah tersebut tidak akan membantu ekonomi dalam arti membuat orang-orang kembali membelanjakan uangnya, tetapi akan mengurangi tekanan pada sistem perbankan, yang adalah hal baik,” tutur Stephen Innes, kepala strategi pasar di AxiCorp Ltd.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper