Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Rapat Dewan Gubernur, LPEM UI: BI Harus Tambah Intervensi Rupiah

Hal ini harus dilakukan mengingat kurangnya pasokan dolar AS di pasar valas yang telah menyebabkan depresiasi rupiah hingga 11% dalam satu bulan terakhir.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan keterangan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/2/2020). Bisnis/Abdurachman
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan keterangan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/2/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diminta menambah intervensi di pasar valuta asing (valas) untuk menyetabilkan nilai tukar rupiah yang anjlok dalam beberapa hari terakhir.

Kepala Penelitian Makroekonomi dan Finansial LPEM UI Febrio Kacaribu mengatakan penurunan darurat suku bunga the Fed sebanyak dua kali dalam dua minggu terakhir akibat cepatnya penyebaran pandemi Covid-19 telah menyebabkan pasar melakukan aksi jual besar-besaran pada aset berisiko.

"Ketakutan investor global akan ketidakpastian memicu arus modal keluar dari negara-negara berkembang. Portofolio Indonesia telah mencatat arus modal keluar mencapai US$8,1 miliar akhir Januari," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (19/3/2020).

Dia menuturkan BI telah berupaya menjaga likuiditas sistem perbankan mereka bersamaan dengan pemotongan suku bunga acuan ke level 4,75 persen. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi dampak pandemi pada perekonomian dalam jangka pendek hingga menengah.

BI sendiri telah mengeluarkan paket stimulus, termasuk suntikan dana di pasar valas dan DNDF serta penurunan giro wajib minimum (GWM) valas bank. Namun demikian, “flight-to-safety” telah melemahkan rupiah ke sekitar Rp15.200 sejauh ini.

Hal ini harus dilakukan mengingat kurangnya pasokan dolar AS di pasar valas yang telah menyebabkan depresiasi rupiah hingga 11% dalam satu bulan terakhir.

"Kami melihat bahwa BI perlu lebih banyak intervensi di pasar valas. Sudah saatnya juga BI untuk mulai menyiapkan strategi stabilitas nilai tukar termasuk kemungkinan menaikkan suku bunga acuan," ucapnya.

Meningkatnya perilaku risk aversion dari investor global yang telah secara signifikan menurunkan likuiditas dola AS di pasar keuangan emerging economies, termasuk Indonesia.

Febrio menuturkan kebijakan fiskal sangat diperlukan untuk mendorong permintaan agregat dalam jangka pendek di tengah risiko pelemahan perekonomian global lebih lanjut serta disrupsi secara signifikan terhadap aktivitas perekonomian domestik.

Langkah-langkah kebijakan yang strategis saat ini sangat penting untuk menghindari terlalu dalamnya penurunan produktivitas selama perlambatan perekonomian akibat penyebaran virus Covid-19.

Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 50 poin atau 0,33 persen ke level Rp15.223 per dolar AS pada akhir perdagangan, Rabu (18/3/2020). Adapun, Dewan Gubernur BI berencana menggelar konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan via streaming YouTube pada Kamis (18/3/2020) pukul 13.30 wib.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper