Bisnis.com, JAKARTA - Industri penerbangan nasional harus bersiap menghadapi skenario terburuk atas kebijakan karantina wilayah (lockdown) yang diterapkan oleh Malaysia mulai 18 Maret 2020 akibat pandemik virus Corona (Covid-19).
Pengamat penerbangan Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soedjatman memperkirakan jika Malaysia melakukan lockdown berdampak pada penutupan sementara bandara di wilayah itu. Alhasil, jumlah penerbangan maskapai berkurang jauh dan hanya ada sedikit frekuensi khusus untuk kebutuhan kargo.
“Industri ini harus prepare for the worst. Di luar negeri, maskapai juga sudah mengurangi kapasitas 80 hingga 100 persen alias berhenti terbang. Ini sudah the worst crisis untuk industri penerbangan,” jelasnya, Selasa (17/3/2020).
Selain itu, ujarnya, masa pemulihan setelah virus Covid-19 juga akan jauh lebih panjang dibandingkan dengan persitiwa global lainnya.
Dia mencontohkan ketika persitiwa World Trade Center atau yang dikenal dengan 9/11 dampaknya selama seminggu dan memerlukan pemulihan hingga tujuh bulan. Selanjutnya, epidemi virus SARS yang berlangsung selama tiga bulan sampai ke titik terendah, memerlukan pemulihan hingga sembilan bulan.
Gerry pun menilai jika nantinya kebijakan social distancing yang telah diberlakukan di Indonesia tidak efektif atau diabaikan, maka kemungkinan besar Indonesia juga akan mengarah kepada kebijakan karantina wilayah.
Namun dalam hal ini, maskapai juga memerlukan financial relief menghadapi krisis ini.