Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mencatat ekspor komoditas masker Indonesia meroket hingga lebih dari 6.000 persen di saat penyebaran wabah Virus Corona (Covid-19).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Indonesia Yunita Rusanti mengatakan lonjakan volume dan nilai ekspor masker terjadi sejak Januari 2020.
"Komoditas yang mengalami peningkatan ekspor antara lain logam mulia dan perhiasan, kendaraan, lemak dan minyak, bahan bakar mineral, dan bahan tekstil lainnya. Komoditas masker masuk di sini, memang terjadi peningkatan signifikan," ujar Yunita, Senin (16/3/2020).
Berdasarkan data yang diterima Bisnis.com, ekspor komoditas masker tercatat sebagai HS 6307.90.40. Realisasi volume ekspor masker pada Februari 2020 sebanyak 1.208.834 kg. Capaian tersebut meroket dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang hanya 19.070 kg. Ini artinya volume ekspor melonjak 6.238,9%.
Bukan itu saja, nilai ekspor masker juga mengalami kenaikan drastis dari US$122.284 menjadi US$78,9 juta. Dengan demikian, nilai ekspor masker pada Februari 2020 (yoy) mengalami kenaikan hingga 64.435,5 persen.
Adapun, volume ekspor masker pada Januari 2020 mencapai 175.778 kg dengan total nilai US$2,14 juta. Secara kumulatif, realisasi volume ekspor masker dari Indonesia ke luar negeri pada periode Januari-Februari 2020 mencapai 1.384.612 kg. Volume ekspor tersebut setara dengan nilai US$1 miliar.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, capaian volume ekspor masker dari Indonesia ke luar negeri pada periode Januari-Februari 2019 mencapai 40.323 kg. Volume ekspor tersebut setara dengan nilai US$258.029.
Masker menjadi salah satu barang yang saat ini banyak di buru masyarakat Jakarta di tengah pandemi virus corona Covid-19. Tidak heran jika masker banyak dijual dengan harga yang tinggi. Namun, seiring bertambahnya jumlah korban virus corona, kebutuhan akan masker semakin meningkat dan akhirnya menyebabkan kelangkaan.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melansir sejumlah BUMN akan melakukan upaya untuk menambah stok masker di dalam mengeri. Di samping impor bahan baku, BUMN juga akan mengimpor produk jadi guna memenuhi kebutuhan masker di dalam negeri.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan masker menjadi komoditas penting di tengah penyebaran virus corona (Covid-19). Untuk itu, selepas Februari 2020, tidak ada lagi BUMN yang mengekspor masker karena kebutuhan di dalam negeri menjadi prioritas.
Arya menerangkan, bahan baku yang didatangkan dari luar negeri akan diproses lebih lanjut oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI. Selain itu beberapa BUMN juga akan melakukan impor masker langsung dari luar negeri.
Sebelumnya, Juru bicara penanganan wabah virus Corona Achmad Yurianto mengatakan bahwa pemerintah sudah menyiapkan masker yang cukup untuk mengatasi wabah virus corona.
"Kemenkes memastikan sudah menyiapkan 10 ribu kit. Ini akan kami tambah lagi. Di beberapa BUMN, BUMD, kami punya kurang lebih 15 juta masker. Ini jumlah yang cukup untuk stok," ujar Yurianto (13/3/2020).
Berdasarkan penelusuran Bisnis, masker menjadi salah satu barang yang saat ini banyak di buru masyarakat Jakarta di tengah pandemi virus corona Covid-19 sejak Februari. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu apotek di dalam mall, Aluvi.
Baca Juga
Jika ditelusuri di berbagai e-commerce, harga masker juga melambung tinggi. Beberapa lapak online menawarkan harga satu boks masker isi 50 helai dengan harga Rp350.000 hingga Rp400.000.