Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Bisnis Harus Bersiap, Sektor Properti Terdampak Corona

Adanya beberapa faktor yang terjadi belakangan ini termasuk pandemi virus corona yang juga masuk ke Indonesia membuat pasar properti ikut terhantam.
Bangunan gedung apartemen berdiri di dekat taman kota di Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Bangunan gedung apartemen berdiri di dekat taman kota di Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Sentimen pandemi virus corona (Covid-19) yang terus meluas secara global turut menyeret industri properti di Indonesia, sehingga berbuntut pada adanya perubahan proyeksi untuk tahun ini.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan pasar properti di Tanah Air secara fundamental sebetulnya sudah siap untuk naik pada tahun ini menyusul lemahnya industri properti sejak 2014.

Hanya saja, lanjut dia, adanya beberapa faktor yang terjadi belakangan ini termasuk pandemi virus corona yang juga masuk ke Indonesia membuat pasar properti ikut terhantam. Mau tidak mau, tren kenaikan pasar properti bisa terkoreksi.

Menurut Ali, hal ini lantaran kondisi industri properti dinilai dipengaruhi dan tergantung terhadap faktor-faktor lain di luar siklus properti itu sendiri. Salah satu faktor itu adalah sentimen corona yang menimbulkan efek domino.

"Untuk itu, hal ini membuat bisnis properti di Indonesia harus menghitung ulang kesiapannya untuk naik di tahun ini," kata Ali, Minggu (15/3/2020).

Dalam catatan Indonesia Property Watch (IPW), industri properti di Tanah Air pada 2019 sebetulnya sudah mulai menunjukkan tren positif. Pasar perumahan, misalnya, IPW mencatat kenaikannya sebesar 10,5 persen dibandingkan dengan pada 2018. 

Ali menilai untuk saat ini kalangan investor masih akan menahan dirinya untuk berinvestasi di sektor properti lantaran kondisi sekarang dinilai turut memengaruhi psikologis. 

Terlebih, kata dia, sebelum adanya isu Covid-19 yang muncul secara global dan masuk ke Indonesia, kalangan investor juga masih cenderung wait and see dan menahan laju investasinya di sektor ini.

Namun, Ali mencatat bahwa sejauh ini masih ada dana pihak ketiga Rp5.999 triliun di perbankan. Dia berujar bahwa dana itu masih mengendap dan belum digunakan sebagai dana investasi. Harapannya, dana itu bisa turut masuk ke sektor properti.

"Meskipun secara daya beli, para investor ini masih mempunyai potensi yang sangat besar [untuk masuk ke sektor properti]," kata Ali.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ilham Budhiman

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper