Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan anjloknya harga minyak dunia terjadi lantaran tekanan sentimen global. Industri perbankan pun harus mampu merespons perubahan global yang terjadi tiba-tiba.
"Tadi malam, terjadi perang minyak sehingga menyebabkan harga minyak turun dari US$60 menjadi US$30. Ini contoh penurunan globalisasi sangat cepat," ujarnya saat memberikan kata sambutan di acara Penandatanganan Nota Kesepahaman Kerja Sama Standardisasi Kompetensi di Bidang Perbankan, Senin (9/1/2020).
Di sisi lain, industri perbankan juga harus siaga merespons cepatnya digitalisasi. Digitalisasi diperlukan seiring dengan semakin mutakhirnya perkembangan teknologi dan ketidakpastian iklim ekonomi.
Dia menuturkan adanya kesepakatan antara Amerika Serikat dan China terkait perang dagang di awal tahun memunculkan secercah harapan bagi pertumbuhan ekonomi dunia.
Namun, harapan tersebut harus pupus lantaran merebaknya wabah virus Corona (Covid-19) dari Wuhan, China ke berbagai negara.
"Virus Corona sekarang sudah menyebar ke Amerika Serikat, Itali, bahkan Prancis," ungkapnya.
Terkait digitalisasi, Perry menyampaikan industri perbankan di Indonesia tidak boleh telat merespons perkembangan teknologi. Dia memberikan contoh Direktur Utama PT Bank BCA Tbk. Jahja Setiaadmadja yang hadir di acara tersebut.
Pesatnya perkembangan teknologi internet membuat perubahan proses perbankan menjadi lebih efektif dan efisien.
"Dulu Pak Jahja [Dirut BCA] datang ke kantor menunggu pemohon tabungan atau kredit. Kawan-kawan bank harus buat apps [aplikasi] digital, bukan account tidak perlu ke bank. [Nasabah] nutul HP. Minta kredit tidak perlu sowan ke bankir, bisa dilakukan sambil makan siang. Nutul HP," ujarnya.
Menurutnya, ada tiga hal untuk merespons penurunan globalisasi dan peningkatan digitalisasi, yaitu sinergi, transformasi, dan inovasi.
Lebih lanjut, pemerintah dan pelaku usaha mau tak mau harus mencari sumber pertumbuhan ekonomi yang baru. Salah satu potensi yang bisa digali, yaitu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
"Pelaku UMKM Indonesia ada 93,4 juta itu pasar terbesar. Potensi digitalisasi terbesar harus kita manfaatkan sebaik-baiknya," ucapnya.
Harga minyak tersungkur lebih dari 25 persen pada sesi perdagangan Asia, Senin pagi (9/3/2020) seiring dengan aksi jual yang melanda akibat perseteruan antara Arab Saudi dan Rusia.
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 10:06 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak April 2020 anjlok 26,5 persen atau 10,94 poin menjadi US$30,34 per barel. Sepanjang tahun berjalan, harga meluncur 50,31 persen.