Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi kisaran 1 persen-1,25 persen mengejutkan pasar keuangan dunia, tak terkecuali Indonesia.
Ekonom Bank BCA David Sumual menilai mengatakan kebijakan tersebut sontak memunculkan sentimen positif ke semua mata uang di dunia, kecuali dolar AS
"Ini memang sesuatu yang mengejutkan. Pemangkasan suku bunga oleh The Fed lebih cepat dari perkiraan," katanya ketika dihubungi Bisnis, Rabu (4/3/2020).
Dia menuturkan pelaku pasar sebenarnya sudah mengantisipasi langkah The Fed untuk menurunkan suku bunga di tengah ketidakpastian ekonomi global, khususnya penyebaran virus Corona (Covid-19). Namun, David memperkirakan keputusan tersebut akan diumumkan setelah pertemuan tahunan (The Fed Annual Meeting) yang dijadwalkan pada 27 Maret 2020.
Menurutnya, pemangkasan suku bungan acuan sebesar 50 bps menjadi stimulus bagi sektor keuangan di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia.
"Hal ini menjadi stimulus karena membuat imbal hasil [yield] menjadi atraktif. Dolar melemah, dan membuat IHSG [indeks harga saham gabungan] dan nilai tukar rupiah menjadi menguat," imbuhnya.
Baca Juga
Untuk mendorong pertumbuhan di tengah ketidakpastian situasi global, lanjutnya, pasar menunggu strategi pemerintah untuk mengimplementasikan paket kebijakan fiskal untuk mengurangi dampak negatif virus Corona.
David menilai langkah pemerintah dan otoritas keuangan (Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan) mengeluarkan stimulus fiskal dan moneter bertujuan untuk mendorong sektor domestik.
"Pemerintah Indonesia sudah melakukan langkah tepat dengan counter cyclical kebijakan. Sekarang tinggal menunggu implementasi dan dampak ke perekonomian dalam negeri," imbuhnya.