Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) memperkirakan dalam kondisi normal, bisnis penerbangan pada tahun ini dapat tumbuh mencapai 20 persen. Namun, wabah virus corona membuat para pelaku usaha harus melakukan peninjauan ulang pertumbuhan bisnisnya.
Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja mengatakan pada tahun lalu industri penerbangan tumbuh dua kali lipat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun berjalan. Tahun ini, lanjutnya juga diprediksikan tumbuh dua kali lipat dibandingkan dengan pada tahun lalu.
“Kalau pada 2019, pertumbuhan ekonomi 5 persen, maka kita tumbuh 10 persen. Targetnya kalau tahun ini dua kali lipatnya ya berarti sekitar 20 persen. Tapi sekarang ini kami masih melihat penanganan virus corona seperti apa,” jelasnya Minggu (23/2/2020).
Pada tahun ini, kata dia, industri penerbangan mengharapkan bisa memperoleh manfaat dari program pemerintah dalam mengembangkan lima destinasi wisata prioritas.
Alhasil, dengan menarik wisatawan asing, aktivitas penerbangan nasional bisa ikut bergerak. Tak hanya itu, pelaku juga mengharapkan adanya penyederhanan sistem ekspor- impor agar bisa memberikan berkah bagi sektor aviasi.
Pada tahun lalu, paparnya, industri ini tak mengalami banyak perubahan yang menggairahkan. Kinerja pertumbuhan dari aktivitas penerbangan, sebutnya, masih ditopang oleh Bali dan daerah lain yang menonjol dengan wisata.
Baca Juga
Selain itu, tuturnya kegiatan regular cukup terganggu dengan tidak banyaknya maskapai yang menjual tiket murah. Alhasil, untuk penerbangan jarak pendek, juga terimbas oleh operasional Jalan Tol Trans Jawa. Penumpang lebih memilih jalur darat sebagai alternatif perjalanan.
Tantangan yang sama juga akan dihadapi maskapai pada tahun ini terkait dengan beban biaya dan biaya operasional. Stabilitas nilai tukar rupiah dengan komponen lainnya seperti harga avtur, tekannya, masih menjadi kunci penting untuk bisa mempertebal margin.