Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang Indonesia (Kadin) menyatakan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 45 basis poin (bps) oleh Bank Indonesia menjadi 4,75 persen belum tentu meningkatkan minat industriawan berekspansi. Pasalnya, transmisi pada suku bunga kredit belum akan langsung terjadi.
Wakil Ketua Umum Kadin Shinta Widjaja Kamdani mengatakan kisaran suku bunga kredit belum akan bergerak jauh dari posisi medio kuartal IV/2019. Namun demikian, Shinta menilai pemangkasan suku bunga acuan justru akan merangsang konsumsi konsumen.
"Ini pun sebetulnya positif karena dengan peningkatan kredit konsumsi, pertumbuhan konsumsi nasional cenderung meningkat sehingga bisa menjadi faktor pendukung ekspansi usaha secara tidak langsung," katanya kepada Bisnis, Kamis (20/2/2020).
Shinta menambahkan setidaknya ada dua cara positif yang dapat mendongkrak performa pabrikan dari pemangkasan tersebut. Pertama, ekspansi kapasitas terpasang akibat pertumbuhan permintaan di pasar. Kedua, peningkatan utilitas dari pertumbuhan kapasitas produksi.
Shinta menyatakan jalur pertama dapat terjadi jika pabrikan merevisi proyeksi permintaan di pasar akibat pemangkasan tersebut. Namun demikian, lanjutnya, jika proyeksi permintaan tidak signifikan, pabrikan akan cenderung enggan untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Alhasil, ujar Shinta, kondisi yang terjadi adalah peningkatan produksi. Shinta menekankan bahwa akan ada penambahan investasi pada pembelian bahan baku jika kondisi jalur kedua yang terpenuhi.
Baca Juga
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen dari yang sebelumnya sebesar 5 persen menyusul fenomena wabah virus corona yang makin meluas.
Langkah ini menjadi tambahan rangkaian penurunan karena pada 2019 lalu, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan hingga 100 basis poin.