Bisnis.com, JAKARTA - Memanasnya hubungan dagang antara Inggris dan Uni Eropa pascaBrexit ternyata berdampak pada Indonesia.
Pasalnya, Britania Raya merupakan pusat perdagangan dan finansial di Benua Biru.
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Luar Negeri Shinta Kamdani mengakui hal itu, meskipun dampak dari Brexit terhadap perdagangan Indonesia telah diantisipasi oleh pelaku usaha sebelumnya.
Dia mengungkapkan beberapa pelaku usaha di Indonesia masih menjadikan Inggris sebagai pusat perdagangan atau perluasan pasar ke Eropa.
Industri furnitur dan makanan minuman, misalnya, memiliki volume perdagangan cukup besar ke Inggris sehingga negara itu dijadikan pintu masuk ke pasar Eropa.
Namun, sejak proses Brexit berjalan, risiko Inggris tidak bisa lagi menjadi penghubung Indonesia ke Eropa telah diantisipasi dengan pembukaan kantor perwakilan di sejumlah negara lain.
"Beberapa pelaku usaha juga sudah membuka kantor perwakilan lain di salah satu negara EU, seperti Belanda, Belgia, Perancis, Jerman atau Spanyol," katanya kepada Bisnis, Selasa (18/2/2020).
Data ekspor-impor Indonesia dan Inggris menunjukkan, nilai perdagangan kedua negara menyusut 10,65 persen secara year-on-year (yoy) pada 2019. Nilainya turun dari US$2,67 miliar pada 2018 menjadi US$2,39 miliar pada tahun lalu.
Meski neraca perdagangan menunjukkan kondisi surplus sebesar US$296,42 juta pada 2019, trennya menurun dari tahun ke tahun sejak 2014.
Shinta melanjutkan pembukaan kantor perwakilan di luar Inggris bukan hanya karena proyeksi Brexit, tetapi juga adanya pertimbangan perbedaan standar pasar antara Inggris dan UE.
Upaya tersebut, lanjutnya, diharapkan akan mengurangi dampak negatif Brexit dan ketidakpastian hubungan dagang Inggris dan Uni Eropa di masa depan.
Neraca perdagangan Indonesia-Inggris 2014-2019 (ribu US$)
Tahun | Ekspor | Impor | Total Perdagangan | Neraca Perdagangan |
2014 | 1.658.606,6 | 894.756,0 | 2.553.362,7 | 763.850,6 |
2015 | 1.527.086,0 | 818.883,1 | 2.345.969,1 | 708.202,9 |
2016 | 1.590.380,4 | 893.835,4 | 2.484.215,9 | 696.545,0 |
2017 | 1.406.066,3 | 1.049.579,5 | 2.455.645,8 | 356.486,9 |
2018 | 1.465.268,7 | 1.212.526,4 | 2.677.795,1 | 252.742,2 |
2019 | 1.344.472,3 | 1.048.050,8 | 2.392.523,1 | 296.421,5 |
Sumber: Kementerian Perdagangan RI