Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok Buah Impor Kosong, Kemendag Minta Peritel Alihkan ke Buah Lokal

Kosongnya stok buah impor di tingkat ritel modern, diharapkan dapat menjadi momentum bagi buah-buahan lokal untuk mengisi kebutuhan pasar dalam negeri.
Petani memanen buah timun suri di Pinang, Tangerang, Banten, Senin (6/5/2019)./ANTARA-Muhammad Iqbal
Petani memanen buah timun suri di Pinang, Tangerang, Banten, Senin (6/5/2019)./ANTARA-Muhammad Iqbal

Bisnis.com, JAKARTA - Kemendag menyarankan para pengusaha ritel moden  menggunakan buah lokal untuk mengisi kekosongan pasokan buah yang diperoleh dari impor. 

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Suhanto mengatakan pemerintah tidak melarang impor buah.  Namun, dia melihat kosongnya stok buah impor di tingkat peritel modern disebabkan oleh fenomena wabah virus corona yang mengganggu arus perdagangan buah dari berbagai negagra. Untuk itu dia meminta para peritel modern menggunakan buah lokal untuk bisa mengisi kekosongan.

"Saya sangat mendorong produk buah Indonesia untuk bisa dijual di ritel modern. Kalau bukan kita siapa lagi yg akan mendorong dan menghargai hasil karya petani kita. Memang kita tidak haram dengan produk impor. Tapi kita sangat mendorong produk buah indonesia untuk dijual di ritel modern dan pasar rakyat Indonesia," katanya ketika dihubungi Bisnis, Senin (17/2/2020)

Adapun sebelumnya, kekosongan stok buah impor membuat Transmart berpotensi mengalami kerugian hingga Rp500 juta per hari.

Vice President Corporate Communications Transmart Carrefour Satria Hamid mengatakan selama ini pasokan normal buah impor di gerai ritelnya mencapai 30-32 ton/hari. Namun lantaran adanya keterbatasan stok, pasokan pun menurun menjadi 20 ton/hari.

“Itu pun hanya menghabiskan stok yang ada, tidak ada lagi barang yang masuk dan jenisnya sangat terbatas.  Saat ini pasokan impor turun sebesar 27 persen dan potensi kerugian sebesar Rp400 - Rp500 juta per hari,” katanya, Senin (17/2/2020).

Oleh sebab itu, dia mengaku akan beralih buah lokal sebagai alternatif untuk mengisi stok tersebut. Kendati, dia mengakui ada sejumlah tantangan jika menggunakan buah lokal. Seperti pasokan yang terbatas dan tergantung pada musim.

Nah itu yang menarik pastinya kesitu karena buah lokal kan tergantung musim. Sedangkan di ritel kita gak boleh kosong,” lanjutnya.

Selain musim, tantangan menggunakan buah lokal yaitu harga dimana harga buah-buahan lokal tidak kompetitif.  Dalam hal ini, harga buah lokal dipengaruhi oleh masih mahalnya tarif dan efisiensi logistik.

“Belum lagi kualitasnya, kalau di ritel kan kami pasti melihat sebuah kualitas, kualitasnya gak merata. Secara kuantitasnya juga,” katanya.

Adapun berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, harga sejumlah produk buah dan sayuran impor di tingkat ritel modern menunjukkan kenaikan  rata-rata 20 persen tiap bulannya.

Untuk anggur merah misalnya, harga pada pertengahan Desember 2019 tercatat berada di Rp61.900 per kilogram (kg). Harga tersebut meningkat menjadi Rp72.000 pada Januari dan mencapai Rp129.000 per kg pada pertengahan Februari. Menurunnya pasokan dari importir buah dan sayur disebut menjadi musabab utama Kenaikan harga.

Sepanjang 2020, para importir menyebutkan hanya terdapat tiga perusahaan yang memperoleh rekomendasi impor hortikultura dari Kementerian Pertanian. Kenaikan harga ini pun dikhawatirkan dapat memicu penurunan penjualan buah dan sayur impor sampai 25 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper