Bisnis.com, JAKARTA—Pelarangan penerbangan dari dan ke China berdampak signifikan pada pelaku industri ritel modern. Sebaliknya, hal itu justru tak berpengaruh pada pelaku dagang elektronik (dagang-el/e-commerce).
Ketua Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia Budiharjo Iduansjah mengatakan adanya pelarangan itu membuat peritel harus mencari pemasok alternatif dari luar negeri. Pasalnya sejak adanya pelarangan itu, stok industri ritel mulai menipis.
“Problem utama stok kosong. Kedua jumlah kunjungan orang yang ke mal jadi turun pada takut keluar termasuk turis,” katanya Senin (10/2/2020).
Budiharjo mengatakan dengan tantangan tersebut mau tidak mau banyak pengusaha ritel modern yang mencari alternatif pemasok. Dalam hal ini beberapa stok peritel yang makin menipis karena dampak pelarangan itu yaitu sparepart elektronik, bahan baku pangan, barang-barang pertukangan hingga bahan baku baja.
Sebaliknya, adanya pelarangan penerbangan dari dan ke China tersebut rupanya tidak berdampak signifikan bagi para pelaku e-commerce. ‘
Ketua iDEA Ignatius Untung mengatakan ini karena barang-barang China yang dijual di e commerce hanya dibawah 1%. Sehingga pelarangan ini justru menguntungkan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang menjual barangnya di platform dagang elektronik (dagang-el).
Baca Juga
“Dampaknya pasti ada tapi nilai transaksi e-commerce dari barang luar negeri masih di bawah 1%, jadi harusnya dampaknya nggak signifikan. Jauh banget bedanya yang dalam negeri masih jauh lebih banyak. Biarpun belum tentu UMKM juga,”katanya.
Adapun sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan kebijakan penundaan penerbangan tersebut diputuskan dengan hati-hati dan disesuaikan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).